ADEGAN I
MULA- MULA TERDENGAR SUARA TETABUHAN YAITU CALUNG DAN BONANG YANG DIPUKUL DENGAN HARMONI TERTENTU. MUSIK INI DIHARAPKAN DAPAT MENGHANGATKAN SUASANA PENONTON. DAN MENUNJUKKAN CIRI KHAS JAWA DENGAN IRAMA GAMELAN YANG KHAS. MUSIK AWAL INI DIMAINKAN SEKITAR SETENGAH MENIT DAN DIAKHIRI DENGAN SUARA GENDANG YANG BERSAHUT – SAHUTAN DENGAN SIULAN BERGANTIAN. LAMPU DINYALAKAN, DALAM RUANGAN TERDAPAT BEBERAPA LAMPU , ADA LAMPU DUDUK LAMPU TENGAH DAN LILIN DI ATAS MEJA. PERTAMA KALI LILIN MENYALA KEMUDIAN LAMPU –LAMPU LAIN. SUARA TEMBANG MENGALUN DARI NYAI KEMUNING SELEPAS LAMPU – LAMPU MENYALA. TOKOH PERTAMA INI ADALAH SEORANG WANITA PARUH BAYA DENGAN SANGGUL AYAK BESAR, BERPAKAIAN KEBAYA HITAM DENGAN BORDIR KEEMASAN BERDANDAN AGAK BERLEBIHAN. DUDUK DIKURSI PENJALIN YANG RENDAH DIRUANGAN YANG MENGGAMBARKAN RUANG TAMU KHAS ORANG – ORANG KAYA DI JAWA, DIDEKATNYA TERDAPAT MEJA DENGAN UKIAN YANG HALUS DIATASNYA BERDERET GUCI- GUCI KECIL YANG TERTATA RAPI DAN SERASI. SEUSAI MEMBENARKAN LETAK SANGGULNYA, TOKOH INI MULAI MELUMURI PUNGGUNG TANGAN KANANNYA DENGAN LULUR DARI BERBAGAI JENIS TANAMAN.
Nyai Kemuning : “Kalau tanganku semakin langsat pasti banyak Gubernur – gubernur yang suka”. (DENGAN SENYUM SUDUT DAN GERAKAN MEMBELAI – BELAI JARI). “ Bagaimana kalau nanti aku keluar rumah ini,pasti petani – petani kampong itu akan terbelalak dan kagum berhari – hari” (KALI INI DISERTAI TAWA KECIL DENGAN NADA MERENDAHKAN, DILANJUT DENGAN MENGADAHKAN WAJAHNYA KE CERMIN BESAR DI DEKATNYA)
TERDENGAR MUSIK CAMPURSARI DENGAN IRAMA LAGU WES – EWES, KARENAWANITA, KARENA WANITA YANG LEBIH TUA, PANTAS MENJADI IBU NYAI KEMUNING, DIA ADALAH PEMBANTU DENGAN DANDANAN YANG MOLEK DAN GAYA YANG KEMAYU.
Mbok Sikem : “Nyai lagi nglamun apa ini ? aduh… Tuan Jean itu meninggal baru sebulan. Ini baru sebulan masak nyai sudah memikirkan penggantinya. Iya to ini pasti ?”
(SAMBIL MENEPUK BAHU NYAI KEMUNING DAN LANGSUNG DUDUK SANTAI DI ALAS BAWAH DENGAN BADAN BERSANDAR PADA KURSI. MBOK SIKEM PADA SAAT INI MENGEDAP-NGEDIPKAN MATANYA)
Nyai Kemuning : “Woaduh Mbok, mbok... yang saya pikirkan di dalam sanggul mekar ini Mbok kok bisa menerka saja. Lha gimana tho ! Sebulan..... Sebulan itu lama sangat. Sudah sekian waktu itu si Jean, Beranda Ibu meninggal. Jadi kalo saya berpikir demikian kan wajar. Biasa to....”
(DENGAN MEMBETULKAN LETAK AKSESORI DALAM SANGGULNYA DISERTAI MENEPUK BAHU MBOK SIKEM DENGAN CEPAT)
Mbok Sikem : “Lha... lah..., kalau saya boleh tahu . memang siapa laki-laki yang Nyai pikirkan. Bupati, Gubernur, atau Jenderal dari inggris yang baru kemarin dilantik itu yang menjadi idaman Nyai cantik ini ?”
(MBOK SIKEM MENDEKAT KE WAJAH NYAI KEMUNING)
Nyai Kemuning : “Em... Em.... rasa-rasanya mereka itu pasti keliling-keliling kampung untuk memboyong banyak gadis. Aku tak mau yang seperti itu. Ingat Mbok, melukai hati wanita itu sangatlah kejam. Saya tak sudi yang demikian. Aku hanya mau perjaka yang hidup denganku sampai akhir hayat. Itulah prinsipku, Mbok !”
(DENGAN TATAPAN KE ATAS SEPERTI ORANG BERGAYA, DISERTAI TABUHAN KENDANG SATU NADA DENGAN PUKULAN BERULANG-ULANG DENGAN CEPAT. SUARA KENDANG DITUTUP DUA KALI PUKULAN GONG BESAR)
Mbok Sikem : “Oh.... Itu... tu... itu... Nyai itu ternyata memang dasar yang jempolan. Jika semua orang Jawa demikian, lelaki pasti kocar-kacir. Tapi lelaki kan kadang pintar menutup kedok mereka. Sudah beristri baik, ternyata, mengaku bujang. Menyoar-nyoar kesana-kemari- halah!” (SAMBIL BERDIRI DAN MONDAR-MANDIR MENGELILINGI NYAI KEMUNING DAN BERHENTI MEMBELAKANGI NYAI KEMUNING)
SUARA LELAKI MENGURAK-URAK BERSAHUT-SAHUTAN
Nyai Kemuning : “Tapi kalau satu kelurahan ini, pasti Mbok Sikem tahu siapa lelaki yang berkedok dan siapa yang benar-benar asli, ya to ? Wong aku juga yakin pemuda disini itu tak pernah neko-neko !”
Mbok Sikem : “Mungkin benar, sangat hampir tepat. Tapi lucu, kalau Nyai mau menyeleksi seluruh pria bujang di kelurahan kita yang terbentang dari MojoRawa sampai Purwa Gumantung itu. Dan mereka Nyai, banyak yang penyakitan. Ada yang menderita kudis, kusta, sampai-sampai ada yang buntung tangannya karrena diterkam buaya saat memancing ikan. Belum lagi Mangun, si jaka lapuk itu. Melihat saja tak bisa. Masak Nyai mau sama tuna netra ? sama buruh kudisan atau dengan blandong yang hampir seluruh tubuhnya penuh bekas luka ! tidak masuk akal Nyai !”
HENING SEBENTAR DILANJUTKAN SUARA KENTONGAN BEBERAPA DETIK
Nyai Kemuning : (MENGERUTKAN DAHI DAN MENYILANGKAN TANGAN DI ATAS DADA) ”Pinter, pinter Mbok Sikem sebagian besar pria di sini itu penyakitan dan kotor. Jangan-jangan lantaiku yang mengkilap ini dikira lumpur ladang. Waduh.... dan parahnya emas-emas mulikku bisa habis karena dipakai judi ayam. Tak bisa dibiarkan.”
Mbok Sikem : (MENDEKAT)
”Begini saja Nyai, gampang soal itu. Nyai pilih saja, tuan-tuan tanah atau juragan-juragan yang belum menikah. Sudah terjamin kepandaian, kesehatan, kebersihan, ketampanan, dan harta-harta yang melimpah ruah. Saya yakin mereka pasti bertekuk lutut dihadapan Nyai.”
NYAI KEMUNING BERBINAR DAN TERSENYUM. MEMEJAMKAN MATA MEMBAYANGKAN ORANG YANG TEPAT DAN BEBERAPA PILAH YANG DIAJUKAN MBOK SIKEM. TERDENGAR SUARA SITER DENGAN IRAMA YANG BERNUANSA SEPI
Nyai kemuning : (TERTAWA SENDIRI DAN KEMBALI DUDUK SANTAI DIKURSINYA)
”Mbok benar, dan sepertinya pilihan saya cenderung pada para juragan tanah. Mbok tahukah alasannya ? karena tuan tanah terjamin sekali kehidupannya. Pasti makmur dan memiliki banyak pekerja. Tanah itu bisa dijadikan sawah, ladang dan bermacam-macam peternakan. Biar nanti untuk membangun rumah lagi yang lebih besar daripada rumah Jean ini. Aku setuju usulmu, Mbok !”
(MENATAP MBOK SINEM DENGAN PANDANGAN YANG BEBAS)
Mbok Sikem : “Ya to, pasti usulku tepat. Nah, kalau begini besok akan saya umumkan ke para tuan tanah yang beruang itu. Bertepatan dengan perkumpulan di alun-alun. Tapi dari sekian puluh tuan tanah...”
BELUM SEMPAT MBOK SIKEM MENYELESAIKAN UCAPANNYA, NYAI KEMUNING MENYAHUT
Nyai Kemuning : “Dan puluhan pria itu, harus memiliki luas tanah minimal 100 hektar Mbok. Harus ! tak boleh kurang !” (SAMBIL MENUNJUKKAN TELUNJUKNYA KE ATAS)
Mbok Sikem : “Kalau begitu, bersisa beberapa orang saja Nyai, apa tidak terasa terlalu tinggi persyaratannya ?” (MENGHITUNG-HITUNG TEPAT)
Nyai Kemuning : “Tidak, tidak, Mbok. Kan yang terpenting harus perjaka, kan bisa ditolak (MENUNJUKKAN TELUNJUKNYA LEBIH TINGGI)
Mbok Sikem : “Jadi hanya ada.....”
(KEBINGUNGAN)
”Dua, Nyai. Hanya ada dua pilihan saja. Yaitu....”
AGAK LAMA DAN KEMUDIAN TERDENGAR BUNYI GONG
Mbok Sikem : “Kresno, tuan tanah yang memiliki seratus dua puluh hektar sawah di Purwagumantung, dengan buruh-buruh tani yang jumlahnya satu dusun ditambah peternakan kambing yang besar itu Nyai. Tapi usianya sudah 75 tahun. 75 tahun itu tua sekali, Nyai. Dan yang kedua namanya, siapa ya... aduh lupa aku.. “
(SAMBIL MENGGARuk-GARUK DAHINYA YANG MENGERNYIT KERAS)
”Oh... Den Bagas. Ya .. dia putra besar daripada Raja Jawa manapun. Dan Den Bagas itu putra satu-satunya. Tanahnya yang di UjungManyar itu seluas 200 hektar saja terbengkalai. Saking banyaknya harta jaminan hidupnya. Dan dia masih muda, 32 tahun, Nyai. Bagaimana ?”
(MELETAKKAN TANGANNYA DI ATAS PAHA NYAI KEMUNING)
Nyai Kemuning : “Kalau hanya dua membingungkan. Bagaimana ya Mbok ?”
Mbok Sikem : “Apa langsung saya undang kemari saja. Dua orang itu Nyai ? secepatnya. Besok lebih baik kan ?”
Nyai Kemuning : “Tidak.jangan, jangan demikian, Mbok, sebentar”. (BERBICARA PERLAHAN-LAHAN) “O... begini Mbok supaya seluruh orang tahu kalau aku menginginkan seorang suami diantara mereka. Tetap besok lusa saja Mbok umumkan. Nanti mereka yang merasa memenuhi persyaratan itu suruh datang ke rumah ini seminggu lagi. Supaya aku bisa mempercantik diri.”
Mbok Sikem : “Oh... kalau begitu, baiklah, nanti akan Mbok urus soal itu.”
Nyai Kemuning : “Tapi, tapi Mbok... apakah setiap pria yang mendengar berita ini tergiur dengan diriku yang sudah tua ? walaupun hartaku tidak akan habis sampai tujuh turunan? Tapi, tapi kan aku masih sangat cantik. Lihatlah wajahku ini masih mulus dan molek seperti putri keraton yang masih gadis.”
(MENDEKATKAN DIRI KE MBOK SIKEM DAN MEREMAS-REMAS JARINYA DILANJUTKAN DENGAN MENGELUS PIPINYA)
Mbok Sikem : “Kalau itu sih Nyai gak usah berpikir berat. Saya cukup yakin seluruh pria itu mulai dari perjaka yang masih belajar hingga kakek kakek beruban penuh, akan berliur mendengar berita ini. Bayangkan mereka ditantang oleh seorang Nyai cantik, tanpa keriput, dengan bibir belah kedakon yang merah. Serta kebahagiaan di rumah yang besar ini dengan perabot-perabot dari seluruh penjuru dunia. Semuanya takluk, Nyai jangan khawatir.”
(KEDUA TANGAN MEMEGANG BAHU NYAI KEMUNING DILANJUTKAN SUARA GONG DITABUH 4 KALI)
Nyai Kemuning : “Oh... benar. Kenapa aku bertanya demikian ? itu jawaban sudah pasti kan ? sudah jelas. Bahkan jika dipikir oleh orang gila sekalipun.” (TERBAHAK-BAHAK SEMBARI MELULURI TANGANNYA)
SEKETIKA HENING, NAMUN TERDAPAT LAGU JAWA DENGAN IRAMA AGAK CEPAT.
Mbok Sikem : “Menjadi seorang nyai, seperti anda, pasti senang ya. Seluruh lelaki akan mau.”
Nyai Kemuning : “Itu keberuntungan dan nasibku mbok”
Mbok Sikem : “Alangkah senangnya seperti Nyai, aku juga ingin hidup seperti ini apalagi ditemani suami yang setia dan hidup nyaman serta bahagia setiap saat. Itu dambaan wanita Nyai.”
Nyai Kemuning : (HANYA TERSENYUM)
Mbok Sikem : “Kalau aku jadi Nyai aku pasti akan berkeliling kampung untuk memamerkan kekayaanku dengan banyak pakaian indah dan perhiasan yang begitu mahal. Aku pasti sangat senang Nyai. Pasti.” (BERLONJAK-LONJAK SENDIRIAN)
SUARA KENTONGAN DAN BEBERAPA DIPUKUL BERSAMAAN
Nyai Kemuning : “Oh... mbok, tunggu giliran saja. Setelah aku menikah, mbok pun akan aku nikahkan dengan siapa. Di desa ini banyajk para duda sepuh” (DENGAN NADA AGAK MENYINDIR)
Mbok Sikem : “Alah... sudahlah, aku sudah tua, melihat Nyai kemuning nanti bahagia aku akan turut bahagia. Nyai Kemuning ini seperti anakku, sudah kuanggap seperti ibu. Kalau seorang anak senang pasti orang tua terutama ibu juga ikut senang. Yang terpenting Nyai kemuning harus menyiapkan segala keperluan yang berupa pakaian aksesori, dan hiasan agar mereka terpesona.”
(MEMEGANG-MEGANG UJUNG KEBAYA NYAI KEMUNING)
Nyai Kemuning : “Terima kasih Mbok yang terpenting di rumah ini kita kalau bisa bahagia terus, apalagi ? harta sudah meruah, kalau soal mempercantik itu urusan mudah Mbok !” (BERDIRI DAN BERKACA DENGAN BERPOSE DI DEPAN KACA BESAR)
MBOK SIKEM MENATAP DENGAN TERSENYUM , DIAKHIRI MUSIK GAMELAN TANPA SUARA SINDEN DAN SELURUH PENERANGAN DIMATIKAN
ADEGAN II
LAMPU RUANGAN DINYALAKAN BERSAMAAN. SETELAH BEBERAPA SAAT TETABUHAN KENDANG MENYERUAH. DIAM SEJENAK DAN DUA TOKOH KEMUDIAN MASUK BERSAMAAN. NYAI KEMUNING BERJALAN LEBIH DEPAN DARIPADA MBOK SIKEM. NYAI KEMUNING TERSENYUM PUAS DENGAN TANGAN MEMBEKAP DADA. MBOK SIKEM MENGIKUTI DENGAN MEMBAWAKAN SELENDANG BERWARNA CERAH. PAKAIAN KEDUA ORANG INI SANGAT SEMARAK DENGAN DANDANAN DAN AKSESORI YANG BERAGAM. KEMUDIAN NYAI KEMUNING DUDUK DAN MBOK SIKEM MELETAKKAN SELENDANG DIBAHU MAJIKANNYA.
Mbok Sikem : ”Bagaimana perasaan Nyai? Kedua lelaki itu akan datang sore ini”. (SEMBARI DUDUK DIALAS DENGAN POSISI DUDUK DI ALAS DENGAN POSISI DUDUK SEPERTI SINDEN)
Nyai Kemuning : “Biasa saja, Aku malah penasaran, tapi benar Mbok, saat ini hanya ada dua orang yang memiliki tanah lebih dari 100 hektar?” (MENATAP SEPINTAS MBOK SIKEM)
Nyai Kemuning : “Iya Nyai. Hanya dua orang sehabis saya mengucap persyaratan dari Nyai ketika saya umumkan di Alun-alun kemarin hanya Kresno dan Den Bagas yang mengacungkan jari, tapi kala itu saya sudah dapat menerka, sepertinya Den Bagas yang akan Nyai pilih, bayangkan saat itu Kresno batuk-batuk dan pucat seperti orang mau mati”. (MBOK SIKEM MENATAP NYAI KEMUNING DENGAN TATAPAN MEYAKINKAN)
Nyai Kemuning : “Kalau begitu tak apalah meskipun bingung, Aku akan lebih mudah menentukan pilihan dari dua orang itu.
TERDENGAR SUARA KETOKAN PINTU BERSAMAAN DENGAN SUARA GONG BESAR 11 KALI PUKULAN GONG . KEDUA TOKOH MENATAP ARAH PINTU.
Nyai Kemuning : “ Siapa itu Mbok? Barangkali pria yang kita bicarakan tadi, coba persilahkan masuk Mbok!”
Mbok Sikem : “Baik Nyai, Aku tebak Den Bagas yang pertama kesini, Aku sendiri tidak sabar Nyai”. (DENGAN BERBISIK BERKATA) “Berikan senyum terindahmu Nyai”.
NYAI KEMUNING HANYA TERSENYUM DAN MENEPUK BAHU MBOK SIKEM.
MBOK SIKEM BERJALAN KE ARAH PINTU. NYAI KEMUNING TIDAK DAPAT MENGAMATI SIAPA YANG DATANG, KARENA ANTARA RUANG TAMU DAN BILIK DEPAN, TERDAPAT KELAMBU MERAH YANG MENUTUP. MBOK SIKEM MEMBUKA PINTU DAN MEMPERSILAHKAN SEORANG LELAKI MASUK. LELAKI ITU BERTUBUH KURUS, KECIL, DAN TELAH TERLIHAT SANGAT TUA, DENGAN TONGKAT BERWARNA HITAM. MBOK SIKEM MELIHATNYA DENGAN TATAPAN JENGKEL.
Nyai Kemuning : “ Siapa itu Mbok ?”
Mbok Sikem : “ Mbah Kresna Nyai “
Mbah Kresna : “ Rasa – rasanya aku akan kerasan disini “
Mbok Sikem : ( SETENGAH BERBISIK ) “ Jangan bicara sembarangan, yang menentukan Nyai Kemuning. Ayo langsung masuk saja “
MBOK SIKEM MENGAJAK MBAH KRESNA MASUK DENGAN KETABUHAN GENDANG YANG BERSAHUT – SAHUTAN.
Nyai Kemuning : “ Duduklah Mbah Kresna “ ( DUDUK BERHADAPAN DARI NYAI KEMUNING)
MBOK SIKEM BERJALAN KE BELAKANG UNTUK MEMBUAT MINUMAN
Mbah Kresna : “ Kalau boleh, Nyai dapat memenggil saya Kresna atau Mas Kresna saja, supaya lebih akrab.
Nyai Kemuning : “ Apa ? memangnya boleh begitu ? “
Mbah Kresna : ( MENGANGGUK TAKZIM )
Nyai Kemuning : “ sepertinya Mbah Kresna lebih sopan untuk saat ini. Saya masih lebih muda. Tak usah bahas masalah itu lagi. Saya mau Tanya, mengapa sampai umur sedemikian lanjut, Mbah Kresna belum menikah? Apalagi yang Mbah inginkan ? “
Mbah Krtesna : “ Hah, itu hanya sekedar dilema “ ( MBAH KRESNA BERSANDAR PENUH PADA KURSI )
Nyai Kemuning : “ Dilema, apanya yang dilema dan tak pernah ada dilema to ?, seharusnya untuk pria semakmur Mbah.”(DENGAN PANDANGAN MENYELIDIK )
Mbah Kresna : “ Dilema saja, saya belum menemukan wanita yang benar – benar cocok untuk menemani saya dan sepertinya di hadapan saya inilah yang saya cari selama ini
Nyai Kemuning : “Oh begitukah, seyakin apa?”
Mbah Kresno : “Seyakin ibuku melahirkanku di dunia ini”. (NYAI KEMUNING TERTAWA LEPAS DIIKUTI TAWA MBOK SIKEM)
MBOK SIKEM DATANG DAN MELETAKKAN SECANGKIR KOPI PADA MBAH KRESNO SELANJUTNYA DUDUK KEMBALI DI TEMPAT BIASA, MBAH KRESNO MENYERUPUT KOPI ITU.
Mbah Kresno : “Oh Aku lupa, Aku harus ke tanahku di dekat sumber air di klitingan. Disana buruh-buruhku pemalas padahal tanah itu dapat menghasilkan padi yang melimpah, Aku permisi dulu Nyai, kutunggu pilihanmu”.
Nyai Kemuning : “ Nanti 2 hari lagi biar Mbok Sikem yang memberitahu kerumah Mbah Kresno atas siapa yang saya pilih”.
Mbah Kresno : “ Ya, Saya tunggu sepenuh hati Nyai”.
Nyai Kemuning : “Saya harap siapapun yang saya terima sebagai suami, dapat membimbing kehidupan keluarga”.
Nyai Kemuning : “ Oh begitu, Mbok tolong antarkan Mbah Kresno keluar di balik kelambu”.
Mbah Kresno : “ Aku yakin Mbok, Nyai pasti memilihku”
Nyai Kemuning : “ Jangan gegabah Mbah, jangan terlalu cepat berkesimpulan”.
KEMBALI MASUK, SEBELUM MBAH KRESNO DUDUK, TERDENGAR LAGI KETUKAN PINTU DARI ARAH DEPAN.
Nyai Kemuning : “ Lihat lagi Mbok, dan persilahkan masuk pula, pasti tamu itu Den Bagas, Aku yakin itu”.
Mbok Sikem : “ Ini dia Nyai, pasti Nyai langsung kagum kepadanya, Nah Den Bagus silahkan masuk, Nyai sudah lama menunggu, katakana kata-kata yang membuatnya gembira”.
Den Bagus : “ Apa itu Mbok?”.
Mbok Sikem : “ Pokoknya puji-pujilah Nyai Kemuning, Dia pasti senang”.
Nyai Kemuning : “ Mbok persilakan masuk kemari tamu itu!”
MBOK SIKEM KEMBALI KE ATAS DENGAN SUASANA PARAS, MENUNJUKKAN PERASAAN YANG GEMBIRA. DIDEKATNYA, NYAI KEMUNING TERSENYUM LAMA MENATAP DEN BAGAS
Den Bagas : “ Nyai, ku ucapakan salam pedamu. Tak ku kira, Nyai begitu menawan parasnya. “( SAMBIL MENGATUPKAN TANGAN KANAN DI DADA )
Nyai Kemuning : “ Silahkan langsung duduk saja Den, santai sajalah “
Den Bagas : “ Mungkin, kedatangan saya kemari terlalu lancing, tapi saya ingin berkata bahwa usia bukanlah alas an yang tepat terhambatnya jalinan kasih. “
Nyai Kemuning : “ Yang terpenting, saya mencari orang yang dapat mengayomi saya”
Den Bagas : “Saya tahu itu dan pemuda sekarang sudah berjiwa pengayom. Oh ya, bagaimana bias Nyai memiliki kulit tubuh seperti ini ? maaf kalo saya salah Tanya, tapi menurut pengukuran berbagai kalangan, kulit Nyai adalah yang terindah dan seperti bidadari atau batu pualam.
Nyai Kemuning : “ Hem… menarik sekali, padahal aku hanya menggunakan lulur untuk kulitku ini jarang – jarang. Aku juga tak mengira juga bias sedemikian hingga.
Den Bagas : “ Ah, begitu rupanya, tapi saya fikir Nyai lebih tampak seperti gadis belasan tahun.
TERDENGAR SUARA KENTONGAN
Den Bagas : ( BERDIRI DAN BERJALAN SANTAI ) “ Saya bahkan melihat perempuan sebayaku saja, tidak bagiku berkesan, baru kali ini Nyai, baru kali ini saya merasakan sesuatu yang berbeda dan itu setelah melihat Nyai” ( KEMBALI DUDUK )
Nyai Kemuning : “ Oh begitukah “
Den Bagas : “ Tentu saja, Nyai tidak percaya
Nyai Kemuning : “ Tak bias dibuktikan “
Den Bagas : “ Terserahlah ( DIAM SEJENAK ) Alah aku hamper lupa, aku harus menjemput Ibu dari kota. Dan ini perlu Persiapan. Jadi aku sangat mengucapkan banyak terima kasih apakah Nyai senang dengan kehadiranku dan Nyai dapat menerima diriku. Aku mohon diri Nyai kemuning.
Nyai Kemuning : “ Oh terlalu cepat Den, Kau terlalu terburu-buru, tapi sudahlah jemput ibumu sana! Dua hari dari sekarang Den Bagus akan tahu siapa yang kupilih. Mbok Sikem, tolong antarkan!”
DEN BAGAS BERJALAN KELUAR DENGAN LANGKAH MANTAP, DIIRINGI MBOK SIKEM YANG BERJALAN TERGESA MENGIKUTI LANGKAH DEN BAGAS. SUARA GAMELAN TAMBAH TEMBANG BERSINERGI DENGAN LAKUAN INI. LAMPU RUANG TAMU DIMANA TERDAPAT NYAI KEMUNING, DIMATIKAN SEBENTAR, SEDANGKAN LAMPU KEMARAM ANTARA PINTU DAN KELAMPBU TETAP MENYALA.
Mbok Sikem : “ Den, Den Bagas sebentar” (SAMBIL SETENGAH BERBISIK).
Den Bagas : “ Ada apa lagi Mbok?”.
Mbok Sikem : “ Apakah hati Den Bgas begitu murni untuk memilih Nyai?, Apakah Den Bagas sudah yakin?” (MEMEGANG BAHU KANAN DEN BAGAS).
Den Bagas : “ Memang kenpa, Saya telah mencari orang seperti Nyai cukup lama, Nyai itu keibuan dan masih awet muda, Apanya yang salah?”.
Mbok Sikem : “ Tidakkah Aden menentang nurani? Nyai itu lebih pantas menjadi ibu Den Bagas!” (MEMEGANG BAHU DEN BAGAS LEBIH ERAT).
Den Bagas : “ Itu tidak masalah, Mbok.... yang terpenting aku dapat memperistri wanita yang lebih tua dariku, itu sudah menjadi keputusanku”.
Mbok Sikem : “ Ya sudah Den, kembalilah ke rumahmu, Pulanglah!” (MELEPASKAN PEGANGAN).
Den Bagas : “ Dan mengapa Mbok, ada perkara lain?”
SUARA TABUH SATU KALI.
Mbok Sikem : “Tidak”.
DEN BAGAS KELUAR DAN MBOK SIKEM MENUTUP PINTU PERLAHAN-LAHAN, GONG DITABUH BERULANG KALI HINGGA TERDUDUK PILU.
Mbok sikem : “ Mengapa Aku ini, tidak ikhlaskah aku, dia itu lebih cocok sebagai cucuku, Mengapa aku merasa berat! Haruskah Nyai Kemuning menikahinya? Dan aku… aku sakit, aku juga manusia, tapi tidak, tidak Nyai Kemuning haruslah memilih Mbah Kresno, Harus!! Nyai Kemuning lebih pantas dengan dia”. (MEMUKUL-MUKUL LANTAI)
SUARA GONG BERHENTI DAN LAMPU MENYALA DARI RUANG TAMU. TERLIHAT NYAI KEMUNING SEPERTI ORANG TERTIDUR, KEPALANYA BERSANDAR KEPADA TANGAN KANAN YANG TAMPAK LESU. MBOK SIKEM BERDIRI, MERAPIKAN DIRI SAMBIL MENGUSAP AIR MATA DAN KEMBALI DUDUK DI DEKAT NYAI KEMUNING.
Mbok Sikem : “ Bagaimana Nyai, Nyai sudah menentukan pilihan ?( DENGAN PANDANGAN KOSONG ) “
Nyai Kemuning : “ Saya malah bingung sendiri, dua – duanya memiliki keistimewaan “
Mbok Sikem : “ Yang lebih cocok dengan jiwa Nyai “
Nyai Kemuning : “ Yang lebih cocok jiwaku ? yang lebih cocok jiwaku, aku masih ragu “
Mbok Sikem : “ Yang terpenting Nyai memilih orang yang lebih pantas untuk Nyai ? “
Nyai Kemuning : “ Maksud Mbok, bagas terlalu muda, begitu ? “
Mbok Sikem : “ Mbah Kresna lebih tidak terpaut jauh dengan Nyai, dan Dia juga lebih tua, sehingga Nyai benar – benar mendapatkan pengayom yang Nyai inginkan. Tapi entahlah, itu hanya saran saya saja. “
Nyai Kemuning : “ Tapi sepertinya, Den Bagas lebih pemberani”
Mbok Sikem : “ Memang Nyai memilih prajurit ? bukan suami? “
Nyai Kemuning : “ Apa maksud Mbok ini ?”
Mbok Sikem : “ Ingat Nyai, Mbah Kresna itu mantan perwira, dan saya yakin semua yang Nyai inginkan ada pada dirinya”
Nyai Kemuning : “ Mbah Kresna, Mbah Kresna, Den Bagas, ( SAMBIL MENEKAN – NEKAN SANGGULNYA ). Baik Mbok ? “
Mbok Sikem : “ Ya Nyai, bagaimana? “
SUARA TEMBANG MULAI TERDENGAR LIRIH, KEDUA TOKOH BERTATAP – TATAPAN
Nyai Kemuning : “ aku memilih Kresna, sebagai suamiku “
MBOK SIKEM TERSENYUM PUAS, DIIRINGI SENYUM SUDUT DARI NYAI KEMUNING. MBOK SIKEM MEMEGANG BAHU NYAI KEMUNING DAN PENERANGAN PERLAHAN - LAHAN PADAM. SUARA TEMBANG MULAI DIIRINGI TABUHAN GAMELAN.
ADEGAN III
PERTAMA KALI SUARA DENTING GELAS MEMECAH SUASANA YANG SEMULA SUNYI. PENERANGAN DINYALAKAN DAN NYAI KEMUNING MUNCUL DENGAN TERBURU-BURU, SEDANGKAN MBOK SIKEM DATANG DAN LANGSUNG DUDUK DITEMPATNYA.
Mbok Sikem : “Sudah Nyai, tenanglah duduklah disini”. (TANGAN KANANYA MENEPUK-NEPUK KURSI PENJALIN)
Nyai Kemuning : “ Aku harus tampil berbeda Mbok, nanti Mas Kresno supaya senang”.
Mbok Sikem : “ Saya kira, Nyai Kemuning sudah amat mempesona, sudahlah duduk saja sini”.
Nyai Kemuning : “ Aku tak tahu Mbok, Apakah Dia nanti akan mampu membahagiakan aku, dan Aku begitu pula”.
Mbok Sikem : “ Yang penting kalau sudah menjadi pasangan dapat saling menghargai”.
Nyai Kemuning : “ Entahlah Mbok,semoga demikian yang terjadi”. (SAMBIL PERLAHAN-LAHAN DUDUK DIKURSI PENJALIN)
Mbok Sikem : “ Saya sepertinya mendengar suara seseorang dari depan Nyai, tunggu sebentar”.
MBOK SIKEM DENGAN CEPAT BERJALAN MENUJU KE PINTU DAN MEMBUKA GAGANG PINTU DENGAN PERLAHAN. TERLIHAT SEORANG PRIA TUA DENGAN DANDANAN YANG NECIS BERDIRI DIDEPAN PINTU. SAAT MEMBUKA PINTU GONG DITABUH SATU KALI.
Mbok Sikem : “ Mbah Kresno rupanya, Ayo masuk! Saya kira siapa, masuk saja Nyai sudah menunggu”.
Mbah Kresno : “ Iya to, maaf saya tadi tidak berani masuk. Saya rasanya masih ragu-ragu saat kemarin Mbok Sikem bilang bahwa Saya dipilih oleh Nyai, ini anugrah”.
Mbok Sikem : “ Sudah saya bilang kan kemarin. Apalagi yang Mbah ragukan? Cepat, nanti Nyai marah sama saya”.
DIDALAM RUANG TAMU NYAI KEMUNING GELISAH DAN MERAPIKAN DANDANAN SAMBIL BERKACA.
Nyai Kemuning : “ Siapa itu Mbok,?”
Mbok Sikem : “ Mbah Kresno Nyai”
Nyai Kemuning : “ Persilahkan saja masuk” ( SEMBARI MEMBEKAP DADA).
Mbok Sikem : “ Ya” ( DENGAN SUARA YANG MELENGKING) “ Ayo Mbah Kresno,Mari”.
Mbah Kresno : “ Baiklah, mari”
MBOK SIKEM DAN MBAH KRESNO MEMASUKU RUANG TAMU. SUARA DENTING GELAS KEMBALI DIBUNYIKAN, NAMU DENGAN TEMPO YANG LEBIH PERLAHAN. DIHARAPKAN PENONTON DAPAT MERASAKAN PERASAAN YANG SYAHDU DAN HENING. MBOK SIKEM PERMISI KEDALAM (BALIK LAYAR). SUASANA DIPERKUAT DENGAN TEMBANG YANG BERIRAMA PELAN.
Nyai Kemuning : “ Silahkan duduk Mbah Kresno”
Mbah Kresno : “ Ya Nyai, terimakasih”
TEMBANG DAN DENTING GELAS BERHENTI DAN SEMUA TERDIAM SESAAT HANYA PANDANGAN DARI KEDUA TOKOH YANG COBA DISATUKAN.
Mbah Kresno : (MENGAWALI PEMBICARAAN DENGAN SUARA BERGETAR) “ Tak salah Nyai memilihku, padahal kan, padahal…”
Nyai Kemuning : “ Padahal Mbah Kresno yang pantas untukku, Benar kan?”
Mbah Kresno : “ apa alas an Nyai memilihku?”
Nyai Kemuning : ( MENUNDUK) “ Mbah Kresno telah terpilih itu denagn berbagai alasan, sudahlah yang terpenting kita membahas hubungan ini dulu”
MBAH KRESNO MENDEKAT DIDEKAT NYAI KEMUNING, PERSIS DIPOSISI MBOK SIKEM. MBAH KRESNO KEMUDIAN MEMEGANG TANGAN NYAI KEMUNING.
Mbah Kresno : “ Aku rasa seluruh pria desa akan iri dengan ku. Bukannya Nyai Kemuning ini lebih cantik dari putri keratin manapun?”
Nyai Kemuning : “ Ah masak Mbah…”
Mbah Kresno : “Oya mengapa, antara ruang tamu rumah Nyai dengan pintu itu dibatasi kelambu”
Nyai Kemuning : “ Oh itu supaya orang-orang tidak melihat diriku sedang apalagi pula kecantikanku ini mahal dan tak setiap orang kuizinkan melihatnya, hahaha…..” ( NYAI KEMUNING TERTAWA KECIL DAN MBAH KRESNO HANYA TERSENYUM)
Mbah Kresno : “ Dan akulah yang paling beruntung menatap kentikanmu Nyai”
Nyai Kemuning : “ Hem.. Mbah Kresno…..”
RUANG TAMU LAMPU MULAI TEMARAM. DAN DARI KELAMBU BERKELIBATAN BAYANG-BAYANG HITAM. KEDUA TOKOH TIDAK MENYADARI HAL INI HINGGA MENGHAMBURKAN TOKOH-TOKOH YANG SEMULA SEPERTI BAYANGAN DIHADAPAN NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO. GONG DIBUNYIKAN TERUS DAN BERIRAMA, NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO TERKAGET TAKUT, MBAH KRESNO BERDIRI DAN MENGAMBIL KERIS DARI PINGGANGNYA. SALAH SATU MALING MERAMPAS KERIS DAN MELEMPARKANNYA. DAN SALAH SATU YANG LAIN BERBICARA. MEREKA BERPAKAIAN SEPERTI MALING DENGAN SEGALA PENUTUP BERWARNA HITAM.
Maling 1 : “ Kemuning tahukah kau siapa yang kau pilih sebagai suamimu ini?” (MALING 1 BERTANYA DENGAN NADA GERAM DAN PANDANGANNYA TAJAM)
Nyai Kemuning : “ Apa maksudmu penjahat, Kau mau hrtaku atau apa?” (BERBICARA TETAP DENGAN DUDUK DAN KAKU)
MBAH KRESNO MENCOBA MELINDUNGI NYAI KEMUNING DENGAN BERDIRI DIDEPANNYA.
Maling 1 : “ Kemuning, Kresno yang kranjingan ini adalah kriminal para gadis, tahukah kau? Dia ini telah menikahi lima wanita tanpa izin, dan tahukah anak perempuannya yang buat dinikahkannya dengan mandor penyakitan yang suka menipu. Manusia atau kluwak,Dia? Hem... dan kau, Kau memilih dia dengan melukai hati seorang wanita”
NYAI KEMUNING SUDAH MENGIRA, MULUTNYA TERNGANGA DAN TANGANNYA MEMBEKAP DADA. MBAH KRESNO SALAH TINGKAH DAN MEMBERIKAN ISYARAT PADA NYAI KEMUNING BAHWA ITU TIDAK BENAR.
Maling 1 : “ Kau tidak berpersaan Nyai kemuning!”
Nyai Kemuning : “ Benar itu Mbah? Kau........ kau.......? bagaimana bisa...”
Mbah Kresno : (BERSIMPUH) “ Tidak Nyai, Hai kau! Pembohong!”
Nyai Kemuning : “ Kau tak mengasihani aku, Kau....... Kenapa Mbah?”
Mbah Kresno : “ Sebentar Nyai, Aku hanya......”
Nyai Kemuning : “ Hanya apa, Ha? Kau pembohong! Itu sudah jelas! Kau itu perwira tinggi tapi takut menghadapi maling dan menangis dihadapan perempuan, Pengecurt kau Kresno!”
Maling 1 : “ Dan tahukah, Kresno itu hanyalah pengusaha yang sukses dari judi ayam. Dan dia bukan prajurit apalagi perwira tinggi”
MBOK SIKEM MENGINTIP DAN KEMBALI KEDALAM.
Mbah Kresno : “ Aku tidak bilang bahwa Aku perwira tinggi kan?”
Nyai Kemuning : “ Tapi seluruh kampung mengenal kau begitu! Penjahat! Aku muak denganmu Kresno!”
Mbah Kresno : “ Tunggu dulu” (SAMBIL MULAI BERDIRI) “ Kau hanya Kemuning memang siapa, Kau memarahiku dan menuduhku sedemikian!”
Nyai Kemuning : “Hai kau! Jangan macam-macam! Anak buahku banyak dan kau akan disembelih seperti kambing!
Mbah Kresno : “Heh..... wanita nakal! Aku ini kau bilang lebih hina dari binatang?”
Nyai Kemuning : ( BERDIRI ) “ Memang itukan sifatmu! Mengapa Kau tidak berfikir dulu, jangan-jangan kau tak memiliki pikiran”
NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO TERUS TERLIBAT DALAM PERTENGKARAN HEBAT DAN KEDUA MALING BERTOLAK PINGGANG DAN TERLIHAT AMAT SENANG. NYAI KEMUNING BERPERANG MULUT TANPA MENYADARI ADA ORANG ASING DISITU. MEREKA TELAH KALAP DAN TERLAMPAU EMOSI.
Nyai kemuning : “ Aku tak kan pernah...... uhuk-uhuk” (NYAI KEMUNING TERBATUK-BATUK)
Mbah Kresno : “ Apa kau, apalagi? Yakan kualat kamu kemuning!”
Maling 1 : “ Kau sepertinya haus kemuning, sampai terbatuk-batuk minum saja ini dan ini untuk kau kresno” (DENGAN NADA LEBIH LEMBUT MEMBERIKAN DUA BOTOL MINUMAN PADA NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO)
Mbah Kresno : “ Eh apa ini? Kau mau meracuniku?”
Maling 1 : “ Tak mungkin, Kami bahkan senang melihat kalian hidup dan bertengkar, minum dan lanjutkanlah cekcok kalian barangkali dapat diselesaikan perkara ini”
TANPA BERPIKIR PANJANG MBAH KRESNO DAN NYAI KEMUNING MEMINUM MINUMAN DARI MALING TANPA BERPIKIR PANJANG TENTANG KEMUNGKINAN YANG TERJADI.
Nyai Kemuning : “ Ingat kresno, kau pembohong terbesar yang pernah kutemui!”
Mbah Kresno : “ Oh dan Kau perempuan paling gila harta didunia ini!”
Nyai Kemuning : “ Dan kau itu...”
NYAI KEMUNING MEMEGANG KEPALA SEPERTI ORANG YANG SAKIT KEPALA BEGITU PULA MBAH KRESNO. MEREKA KEMUDIAN RUBUH DILANTAI
Maling 1 : (MEMBUKA PENUTUP) “Baru tahu kan siapa aku ini?”
Kresno : (TERSENTAK)
”Ha ... ?? !! Sri Jayanti ?”
Maling 1 : “Ayo, kita pergi dari sini biar mereka merasakan sakitnay sekarat”
KEDUA MALING KELUARE DENGAN CEPAT. NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO MENGHEMBUSKAN NAPAS TERAKHIR DAN TERBUJUR SEPERTI ORANG TIDUR. GONG TIDAK LAGI DIBUNYIKAN. KEMUDIAN MBOK SIKEM DATANG.
Mbok Sikem : “Oh... Guh Gusti... ada apa ini, Nyai, aduh... bagaimana ini ??? Nyai.... apa yang terjadi?”
MBOK SIKEM TERTUNDUK NAMUN KEMUDIAN TERSENYUM.
Mbok Sikem : “Akhirnya setelah menunggu beberapa lama..... aku bisa hidup senang, Nyai.” (MEMEGANG BAHU NYAI KEMUNING)
”Tahukah Kau ? Aku sudah kaya... Ha.. Ha... Ha...” (TERTAWA TERBAHAK-BAHAK) “Aku dapat memamerkan hartaku ke setiap warga kampung” (MELONJAK-LONJAK)
PINTU DIKETUK-KETUK CEPAT, MBOK SIKEM MENGHAMPIRI DENGAN PERLAHAN-LAHAN.
Mbok Sikem : “Siapa itu ?”
Den Bagas : “Saya Mbok, Bagas.”
MBOK SIKEM GEMBIRA DAN MULAI MEMBUKA PINTU.
Mbok Sikem : “Den Bagas, Akhirnya........”
Den Bagas : “Ada apa Mbok ? sebentar bagaimana bisa Nyai Kemuning memilih Mbah Kresno. Ini tidak mungkin. Dan aku ingin menyatakan sesuatu pada Mbok.”
Mbok Sikem : “Lihatlah mereka, cinta mereka itu sehidup semati.”
DEN BAGAS BERLARI CEPAT KE MAYAT-MAYAT ITU. DIA TERCENGANG, MBOK SIKEM MENGIKUTI DARI BELAKANG.
Den Bagas : “Apa ini Mbok ? Siapa yang melakukannya ?”
Mbok Sikem : “Sri Jayanti, Den.”
DEN BAGAS TERTUNDUK.
Mbok Sikem : “Sudahlah... Den. Harta Nyai ini menjadi milikku.”
TEMBANG LEMBUT DINYANYIKAN
Den Bagas : “Mbok, Apa......”
Mbok Sikem : “Ya, dan apa yang akan Aden katakan padaku ?”
Den Bagas : (MENDEKAT DAN EMEMGANG TANGAN MBOK SIKEM)
”Perasaanku berkata Mbok lebih keibuan dan mbok lebih cantik dari pada Nyai Kemuning. Tahukah, Mbok itu seperti ibu yang sangat sabar.”
Mbok Sikem : “Apa Den, jadi Den Bagas juga.......”
Den Bagas : “Dan Mbok juga ......”
Mbok Sikem : “Ya Den, Mbok cinta Den Bagas”(KEPALA BERSANDAR DI DADA DEN BAGAS)
DENTING GELAS BERPADU, SUARA TEMBANG MENUTUP PERTUNJUKAN. LAMPU PERLAHAN DIMATIKAN
kelambu
Bagus Adiib A.
Dyah Uswatun K.
Fifi Danning S.
Helmi Diah K.
Intan K.
KELAMBU
TOKOH PELAKU
NYAI KEMUNING
MBOK SIKEM
MBAH KRESNO
DEN BAGAS
MALING 1 ( SRI JAYATI )
MALING 2
SINOPSIS
Alkisah seorang janda yang kaya bernama Nyai Kemuning. Kegemarannya memakaikan lulur di sekujur tubuhnya sampai kulitnya berwarna kuning langsat, sebab itulah panggilannya Nyai Kemuning. Sepeninggal suaminya yang notabene adalah seorang keturunan ningrat Belanda, maka ia menjadi seorang janda dengan harta yang meruah. Hanya ditemani seorang pembantu bernama Mbok Sikem di rumahnya, membuat Nyai Kemuning kesepian dan menginginkan seorang pendamping. Maka disebarkanlah sayembara dengan berbagai syarat yang sangat tinggi, untuk mendapatkan Nyai Kemuning. Dari sekian lelaki yang berhasrat padanya, akhirnya terseleksi dua lelaki bernama Mbah Kresno dan Den Bagas. Kebimbangan sempat terjadi pada Nyai Kemuning dengan kedua calon itu. Mbok Sikem muncul sebagai sosok yang menjadi penasehat pribadi bagi Nyai Kemuning, meski dengan bumbu sedikit keculasan. Pendek cerita akhirnya Nyai Kemuning memilih Mbah Kresno oleh bujukan Mbok Sikem yang ternyata menaruh hati pada Den Bagas. Berharap tak akan kesepian lagi dalam hidupnya akhirnya Nyai Kemuning menikah dengan Mbah Kresno. Namun ternyata harapan itu berbalik pada malam pertama pernikahan mereka. Dua maling aneh masuk ke kamar mereka. Dalam kamar konflik yang terjadi justru makin aneh. Akhir konflik Nyai kemuning dan Mbah Kresno meninggal. Dan ternyata kedua pencuri itu adalah Sriayanti, istri Mbah Kresno. Mbok Sikem menemukannya dengan keadaan terkaget. Kebingungan. Tapi setan mengendap dalam hatinya dan memberi kata lain untuk kejadian itu. Di saat bersamaan Den Bagas protes karena merasa terdiskriminasi oleh Mbah Kresno. Tak kalah kaget ketika melihat mayat Nyai Kemuning dan Mbah Kresno, Den Bagas justru melihat peluang lain setelah mendapat penjelasan yang culas dari Mbok Sikem. Benih cinta Mbok Sikem berbalas di akhir cerita.