Jumat, 27 Maret 2009

KELAMBU

ADEGAN I


MULA- MULA TERDENGAR SUARA TETABUHAN YAITU CALUNG DAN BONANG YANG DIPUKUL DENGAN HARMONI TERTENTU. MUSIK INI DIHARAPKAN DAPAT MENGHANGATKAN SUASANA PENONTON. DAN MENUNJUKKAN CIRI KHAS JAWA DENGAN IRAMA GAMELAN YANG KHAS. MUSIK AWAL INI DIMAINKAN SEKITAR SETENGAH MENIT DAN DIAKHIRI DENGAN SUARA GENDANG YANG BERSAHUT – SAHUTAN DENGAN SIULAN BERGANTIAN. LAMPU DINYALAKAN, DALAM RUANGAN TERDAPAT BEBERAPA LAMPU , ADA LAMPU DUDUK LAMPU TENGAH DAN LILIN DI ATAS MEJA. PERTAMA KALI LILIN MENYALA KEMUDIAN LAMPU –LAMPU LAIN. SUARA TEMBANG MENGALUN DARI NYAI KEMUNING SELEPAS LAMPU – LAMPU MENYALA. TOKOH PERTAMA INI ADALAH SEORANG WANITA PARUH BAYA DENGAN SANGGUL AYAK BESAR, BERPAKAIAN KEBAYA HITAM DENGAN BORDIR KEEMASAN BERDANDAN AGAK BERLEBIHAN. DUDUK DIKURSI PENJALIN YANG RENDAH DIRUANGAN YANG MENGGAMBARKAN RUANG TAMU KHAS ORANG – ORANG KAYA DI JAWA, DIDEKATNYA TERDAPAT MEJA DENGAN UKIAN YANG HALUS DIATASNYA BERDERET GUCI- GUCI KECIL YANG TERTATA RAPI DAN SERASI. SEUSAI MEMBENARKAN LETAK SANGGULNYA, TOKOH INI MULAI MELUMURI PUNGGUNG TANGAN KANANNYA DENGAN LULUR DARI BERBAGAI JENIS TANAMAN.




Nyai Kemuning : “Kalau tanganku semakin langsat pasti banyak Gubernur – gubernur yang suka”. (DENGAN SENYUM SUDUT DAN GERAKAN MEMBELAI – BELAI JARI). “ Bagaimana kalau nanti aku keluar rumah ini,pasti petani – petani kampong itu akan terbelalak dan kagum berhari – hari” (KALI INI DISERTAI TAWA KECIL DENGAN NADA MERENDAHKAN, DILANJUT DENGAN MENGADAHKAN WAJAHNYA KE CERMIN BESAR DI DEKATNYA)


TERDENGAR MUSIK CAMPURSARI DENGAN IRAMA LAGU WES – EWES, KARENAWANITA, KARENA WANITA YANG LEBIH TUA, PANTAS MENJADI IBU NYAI KEMUNING, DIA ADALAH PEMBANTU DENGAN DANDANAN YANG MOLEK DAN GAYA YANG KEMAYU.


Mbok Sikem : “Nyai lagi nglamun apa ini ? aduh… Tuan Jean itu meninggal baru sebulan. Ini baru sebulan masak nyai sudah memikirkan penggantinya. Iya to ini pasti ?”
(SAMBIL MENEPUK BAHU NYAI KEMUNING DAN LANGSUNG DUDUK SANTAI DI ALAS BAWAH DENGAN BADAN BERSANDAR PADA KURSI. MBOK SIKEM PADA SAAT INI MENGEDAP-NGEDIPKAN MATANYA)

Nyai Kemuning : “Woaduh Mbok, mbok... yang saya pikirkan di dalam sanggul mekar ini Mbok kok bisa menerka saja. Lha gimana tho ! Sebulan..... Sebulan itu lama sangat. Sudah sekian waktu itu si Jean, Beranda Ibu meninggal. Jadi kalo saya berpikir demikian kan wajar. Biasa to....”

(DENGAN MEMBETULKAN LETAK AKSESORI DALAM SANGGULNYA DISERTAI MENEPUK BAHU MBOK SIKEM DENGAN CEPAT)

Mbok Sikem : “Lha... lah..., kalau saya boleh tahu . memang siapa laki-laki yang Nyai pikirkan. Bupati, Gubernur, atau Jenderal dari inggris yang baru kemarin dilantik itu yang menjadi idaman Nyai cantik ini ?”
(MBOK SIKEM MENDEKAT KE WAJAH NYAI KEMUNING)

Nyai Kemuning : “Em... Em.... rasa-rasanya mereka itu pasti keliling-keliling kampung untuk memboyong banyak gadis. Aku tak mau yang seperti itu. Ingat Mbok, melukai hati wanita itu sangatlah kejam. Saya tak sudi yang demikian. Aku hanya mau perjaka yang hidup denganku sampai akhir hayat. Itulah prinsipku, Mbok !”
(DENGAN TATAPAN KE ATAS SEPERTI ORANG BERGAYA, DISERTAI TABUHAN KENDANG SATU NADA DENGAN PUKULAN BERULANG-ULANG DENGAN CEPAT. SUARA KENDANG DITUTUP DUA KALI PUKULAN GONG BESAR)

Mbok Sikem : “Oh.... Itu... tu... itu... Nyai itu ternyata memang dasar yang jempolan. Jika semua orang Jawa demikian, lelaki pasti kocar-kacir. Tapi lelaki kan kadang pintar menutup kedok mereka. Sudah beristri baik, ternyata, mengaku bujang. Menyoar-nyoar kesana-kemari- halah!” (SAMBIL BERDIRI DAN MONDAR-MANDIR MENGELILINGI NYAI KEMUNING DAN BERHENTI MEMBELAKANGI NYAI KEMUNING)


SUARA LELAKI MENGURAK-URAK BERSAHUT-SAHUTAN


Nyai Kemuning : “Tapi kalau satu kelurahan ini, pasti Mbok Sikem tahu siapa lelaki yang berkedok dan siapa yang benar-benar asli, ya to ? Wong aku juga yakin pemuda disini itu tak pernah neko-neko !”

Mbok Sikem : “Mungkin benar, sangat hampir tepat. Tapi lucu, kalau Nyai mau menyeleksi seluruh pria bujang di kelurahan kita yang terbentang dari MojoRawa sampai Purwa Gumantung itu. Dan mereka Nyai, banyak yang penyakitan. Ada yang menderita kudis, kusta, sampai-sampai ada yang buntung tangannya karrena diterkam buaya saat memancing ikan. Belum lagi Mangun, si jaka lapuk itu. Melihat saja tak bisa. Masak Nyai mau sama tuna netra ? sama buruh kudisan atau dengan blandong yang hampir seluruh tubuhnya penuh bekas luka ! tidak masuk akal Nyai !”


HENING SEBENTAR DILANJUTKAN SUARA KENTONGAN BEBERAPA DETIK


Nyai Kemuning : (MENGERUTKAN DAHI DAN MENYILANGKAN TANGAN DI ATAS DADA) ”Pinter, pinter Mbok Sikem sebagian besar pria di sini itu penyakitan dan kotor. Jangan-jangan lantaiku yang mengkilap ini dikira lumpur ladang. Waduh.... dan parahnya emas-emas mulikku bisa habis karena dipakai judi ayam. Tak bisa dibiarkan.”

Mbok Sikem : (MENDEKAT)
”Begini saja Nyai, gampang soal itu. Nyai pilih saja, tuan-tuan tanah atau juragan-juragan yang belum menikah. Sudah terjamin kepandaian, kesehatan, kebersihan, ketampanan, dan harta-harta yang melimpah ruah. Saya yakin mereka pasti bertekuk lutut dihadapan Nyai.”


NYAI KEMUNING BERBINAR DAN TERSENYUM. MEMEJAMKAN MATA MEMBAYANGKAN ORANG YANG TEPAT DAN BEBERAPA PILAH YANG DIAJUKAN MBOK SIKEM. TERDENGAR SUARA SITER DENGAN IRAMA YANG BERNUANSA SEPI

Nyai kemuning : (TERTAWA SENDIRI DAN KEMBALI DUDUK SANTAI DIKURSINYA)
”Mbok benar, dan sepertinya pilihan saya cenderung pada para juragan tanah. Mbok tahukah alasannya ? karena tuan tanah terjamin sekali kehidupannya. Pasti makmur dan memiliki banyak pekerja. Tanah itu bisa dijadikan sawah, ladang dan bermacam-macam peternakan. Biar nanti untuk membangun rumah lagi yang lebih besar daripada rumah Jean ini. Aku setuju usulmu, Mbok !”
(MENATAP MBOK SINEM DENGAN PANDANGAN YANG BEBAS)

Mbok Sikem : “Ya to, pasti usulku tepat. Nah, kalau begini besok akan saya umumkan ke para tuan tanah yang beruang itu. Bertepatan dengan perkumpulan di alun-alun. Tapi dari sekian puluh tuan tanah...”


BELUM SEMPAT MBOK SIKEM MENYELESAIKAN UCAPANNYA, NYAI KEMUNING MENYAHUT


Nyai Kemuning : “Dan puluhan pria itu, harus memiliki luas tanah minimal 100 hektar Mbok. Harus ! tak boleh kurang !” (SAMBIL MENUNJUKKAN TELUNJUKNYA KE ATAS)

Mbok Sikem : “Kalau begitu, bersisa beberapa orang saja Nyai, apa tidak terasa terlalu tinggi persyaratannya ?” (MENGHITUNG-HITUNG TEPAT)

Nyai Kemuning : “Tidak, tidak, Mbok. Kan yang terpenting harus perjaka, kan bisa ditolak (MENUNJUKKAN TELUNJUKNYA LEBIH TINGGI)

Mbok Sikem : “Jadi hanya ada.....”

(KEBINGUNGAN)
”Dua, Nyai. Hanya ada dua pilihan saja. Yaitu....”


AGAK LAMA DAN KEMUDIAN TERDENGAR BUNYI GONG


Mbok Sikem : “Kresno, tuan tanah yang memiliki seratus dua puluh hektar sawah di Purwagumantung, dengan buruh-buruh tani yang jumlahnya satu dusun ditambah peternakan kambing yang besar itu Nyai. Tapi usianya sudah 75 tahun. 75 tahun itu tua sekali, Nyai. Dan yang kedua namanya, siapa ya... aduh lupa aku.. “
(SAMBIL MENGGARuk-GARUK DAHINYA YANG MENGERNYIT KERAS)

”Oh... Den Bagas. Ya .. dia putra besar daripada Raja Jawa manapun. Dan Den Bagas itu putra satu-satunya. Tanahnya yang di UjungManyar itu seluas 200 hektar saja terbengkalai. Saking banyaknya harta jaminan hidupnya. Dan dia masih muda, 32 tahun, Nyai. Bagaimana ?”

(MELETAKKAN TANGANNYA DI ATAS PAHA NYAI KEMUNING)

Nyai Kemuning : “Kalau hanya dua membingungkan. Bagaimana ya Mbok ?”

Mbok Sikem : “Apa langsung saya undang kemari saja. Dua orang itu Nyai ? secepatnya. Besok lebih baik kan ?”

Nyai Kemuning : “Tidak.jangan, jangan demikian, Mbok, sebentar”. (BERBICARA PERLAHAN-LAHAN) “O... begini Mbok supaya seluruh orang tahu kalau aku menginginkan seorang suami diantara mereka. Tetap besok lusa saja Mbok umumkan. Nanti mereka yang merasa memenuhi persyaratan itu suruh datang ke rumah ini seminggu lagi. Supaya aku bisa mempercantik diri.”

Mbok Sikem : “Oh... kalau begitu, baiklah, nanti akan Mbok urus soal itu.”

Nyai Kemuning : “Tapi, tapi Mbok... apakah setiap pria yang mendengar berita ini tergiur dengan diriku yang sudah tua ? walaupun hartaku tidak akan habis sampai tujuh turunan? Tapi, tapi kan aku masih sangat cantik. Lihatlah wajahku ini masih mulus dan molek seperti putri keraton yang masih gadis.”

(MENDEKATKAN DIRI KE MBOK SIKEM DAN MEREMAS-REMAS JARINYA DILANJUTKAN DENGAN MENGELUS PIPINYA)

Mbok Sikem : “Kalau itu sih Nyai gak usah berpikir berat. Saya cukup yakin seluruh pria itu mulai dari perjaka yang masih belajar hingga kakek kakek beruban penuh, akan berliur mendengar berita ini. Bayangkan mereka ditantang oleh seorang Nyai cantik, tanpa keriput, dengan bibir belah kedakon yang merah. Serta kebahagiaan di rumah yang besar ini dengan perabot-perabot dari seluruh penjuru dunia. Semuanya takluk, Nyai jangan khawatir.”
(KEDUA TANGAN MEMEGANG BAHU NYAI KEMUNING DILANJUTKAN SUARA GONG DITABUH 4 KALI)

Nyai Kemuning : “Oh... benar. Kenapa aku bertanya demikian ? itu jawaban sudah pasti kan ? sudah jelas. Bahkan jika dipikir oleh orang gila sekalipun.” (TERBAHAK-BAHAK SEMBARI MELULURI TANGANNYA)


SEKETIKA HENING, NAMUN TERDAPAT LAGU JAWA DENGAN IRAMA AGAK CEPAT.


Mbok Sikem : “Menjadi seorang nyai, seperti anda, pasti senang ya. Seluruh lelaki akan mau.”

Nyai Kemuning : “Itu keberuntungan dan nasibku mbok”

Mbok Sikem : “Alangkah senangnya seperti Nyai, aku juga ingin hidup seperti ini apalagi ditemani suami yang setia dan hidup nyaman serta bahagia setiap saat. Itu dambaan wanita Nyai.”

Nyai Kemuning : (HANYA TERSENYUM)

Mbok Sikem : “Kalau aku jadi Nyai aku pasti akan berkeliling kampung untuk memamerkan kekayaanku dengan banyak pakaian indah dan perhiasan yang begitu mahal. Aku pasti sangat senang Nyai. Pasti.” (BERLONJAK-LONJAK SENDIRIAN)


SUARA KENTONGAN DAN BEBERAPA DIPUKUL BERSAMAAN


Nyai Kemuning : “Oh... mbok, tunggu giliran saja. Setelah aku menikah, mbok pun akan aku nikahkan dengan siapa. Di desa ini banyajk para duda sepuh” (DENGAN NADA AGAK MENYINDIR)

Mbok Sikem : “Alah... sudahlah, aku sudah tua, melihat Nyai kemuning nanti bahagia aku akan turut bahagia. Nyai Kemuning ini seperti anakku, sudah kuanggap seperti ibu. Kalau seorang anak senang pasti orang tua terutama ibu juga ikut senang. Yang terpenting Nyai kemuning harus menyiapkan segala keperluan yang berupa pakaian aksesori, dan hiasan agar mereka terpesona.”
(MEMEGANG-MEGANG UJUNG KEBAYA NYAI KEMUNING)

Nyai Kemuning : “Terima kasih Mbok yang terpenting di rumah ini kita kalau bisa bahagia terus, apalagi ? harta sudah meruah, kalau soal mempercantik itu urusan mudah Mbok !” (BERDIRI DAN BERKACA DENGAN BERPOSE DI DEPAN KACA BESAR)

MBOK SIKEM MENATAP DENGAN TERSENYUM , DIAKHIRI MUSIK GAMELAN TANPA SUARA SINDEN DAN SELURUH PENERANGAN DIMATIKAN






















ADEGAN II


LAMPU RUANGAN DINYALAKAN BERSAMAAN. SETELAH BEBERAPA SAAT TETABUHAN KENDANG MENYERUAH. DIAM SEJENAK DAN DUA TOKOH KEMUDIAN MASUK BERSAMAAN. NYAI KEMUNING BERJALAN LEBIH DEPAN DARIPADA MBOK SIKEM. NYAI KEMUNING TERSENYUM PUAS DENGAN TANGAN MEMBEKAP DADA. MBOK SIKEM MENGIKUTI DENGAN MEMBAWAKAN SELENDANG BERWARNA CERAH. PAKAIAN KEDUA ORANG INI SANGAT SEMARAK DENGAN DANDANAN DAN AKSESORI YANG BERAGAM. KEMUDIAN NYAI KEMUNING DUDUK DAN MBOK SIKEM MELETAKKAN SELENDANG DIBAHU MAJIKANNYA.


Mbok Sikem : ”Bagaimana perasaan Nyai? Kedua lelaki itu akan datang sore ini”. (SEMBARI DUDUK DIALAS DENGAN POSISI DUDUK DI ALAS DENGAN POSISI DUDUK SEPERTI SINDEN)

Nyai Kemuning : “Biasa saja, Aku malah penasaran, tapi benar Mbok, saat ini hanya ada dua orang yang memiliki tanah lebih dari 100 hektar?” (MENATAP SEPINTAS MBOK SIKEM)

Nyai Kemuning : “Iya Nyai. Hanya dua orang sehabis saya mengucap persyaratan dari Nyai ketika saya umumkan di Alun-alun kemarin hanya Kresno dan Den Bagas yang mengacungkan jari, tapi kala itu saya sudah dapat menerka, sepertinya Den Bagas yang akan Nyai pilih, bayangkan saat itu Kresno batuk-batuk dan pucat seperti orang mau mati”. (MBOK SIKEM MENATAP NYAI KEMUNING DENGAN TATAPAN MEYAKINKAN)

Nyai Kemuning : “Kalau begitu tak apalah meskipun bingung, Aku akan lebih mudah menentukan pilihan dari dua orang itu.


TERDENGAR SUARA KETOKAN PINTU BERSAMAAN DENGAN SUARA GONG BESAR 11 KALI PUKULAN GONG . KEDUA TOKOH MENATAP ARAH PINTU.


Nyai Kemuning : “ Siapa itu Mbok? Barangkali pria yang kita bicarakan tadi, coba persilahkan masuk Mbok!”

Mbok Sikem : “Baik Nyai, Aku tebak Den Bagas yang pertama kesini, Aku sendiri tidak sabar Nyai”. (DENGAN BERBISIK BERKATA) “Berikan senyum terindahmu Nyai”.


NYAI KEMUNING HANYA TERSENYUM DAN MENEPUK BAHU MBOK SIKEM.

MBOK SIKEM BERJALAN KE ARAH PINTU. NYAI KEMUNING TIDAK DAPAT MENGAMATI SIAPA YANG DATANG, KARENA ANTARA RUANG TAMU DAN BILIK DEPAN, TERDAPAT KELAMBU MERAH YANG MENUTUP. MBOK SIKEM MEMBUKA PINTU DAN MEMPERSILAHKAN SEORANG LELAKI MASUK. LELAKI ITU BERTUBUH KURUS, KECIL, DAN TELAH TERLIHAT SANGAT TUA, DENGAN TONGKAT BERWARNA HITAM. MBOK SIKEM MELIHATNYA DENGAN TATAPAN JENGKEL.

Nyai Kemuning : “ Siapa itu Mbok ?”

Mbok Sikem : “ Mbah Kresna Nyai “

Mbah Kresna : “ Rasa – rasanya aku akan kerasan disini “

Mbok Sikem : ( SETENGAH BERBISIK ) “ Jangan bicara sembarangan, yang menentukan Nyai Kemuning. Ayo langsung masuk saja “

MBOK SIKEM MENGAJAK MBAH KRESNA MASUK DENGAN KETABUHAN GENDANG YANG BERSAHUT – SAHUTAN.

Nyai Kemuning : “ Duduklah Mbah Kresna “ ( DUDUK BERHADAPAN DARI NYAI KEMUNING)

MBOK SIKEM BERJALAN KE BELAKANG UNTUK MEMBUAT MINUMAN

Mbah Kresna : “ Kalau boleh, Nyai dapat memenggil saya Kresna atau Mas Kresna saja, supaya lebih akrab.

Nyai Kemuning : “ Apa ? memangnya boleh begitu ? “

Mbah Kresna : ( MENGANGGUK TAKZIM )

Nyai Kemuning : “ sepertinya Mbah Kresna lebih sopan untuk saat ini. Saya masih lebih muda. Tak usah bahas masalah itu lagi. Saya mau Tanya, mengapa sampai umur sedemikian lanjut, Mbah Kresna belum menikah? Apalagi yang Mbah inginkan ? “

Mbah Krtesna : “ Hah, itu hanya sekedar dilema “ ( MBAH KRESNA BERSANDAR PENUH PADA KURSI )

Nyai Kemuning : “ Dilema, apanya yang dilema dan tak pernah ada dilema to ?, seharusnya untuk pria semakmur Mbah.”(DENGAN PANDANGAN MENYELIDIK )

Mbah Kresna : “ Dilema saja, saya belum menemukan wanita yang benar – benar cocok untuk menemani saya dan sepertinya di hadapan saya inilah yang saya cari selama ini

Nyai Kemuning : “Oh begitukah, seyakin apa?”

Mbah Kresno : “Seyakin ibuku melahirkanku di dunia ini”. (NYAI KEMUNING TERTAWA LEPAS DIIKUTI TAWA MBOK SIKEM)


MBOK SIKEM DATANG DAN MELETAKKAN SECANGKIR KOPI PADA MBAH KRESNO SELANJUTNYA DUDUK KEMBALI DI TEMPAT BIASA, MBAH KRESNO MENYERUPUT KOPI ITU.


Mbah Kresno : “Oh Aku lupa, Aku harus ke tanahku di dekat sumber air di klitingan. Disana buruh-buruhku pemalas padahal tanah itu dapat menghasilkan padi yang melimpah, Aku permisi dulu Nyai, kutunggu pilihanmu”.

Nyai Kemuning : “ Nanti 2 hari lagi biar Mbok Sikem yang memberitahu kerumah Mbah Kresno atas siapa yang saya pilih”.

Mbah Kresno : “ Ya, Saya tunggu sepenuh hati Nyai”.

Nyai Kemuning : “Saya harap siapapun yang saya terima sebagai suami, dapat membimbing kehidupan keluarga”.

Nyai Kemuning : “ Oh begitu, Mbok tolong antarkan Mbah Kresno keluar di balik kelambu”.

Mbah Kresno : “ Aku yakin Mbok, Nyai pasti memilihku”

Nyai Kemuning : “ Jangan gegabah Mbah, jangan terlalu cepat berkesimpulan”.


KEMBALI MASUK, SEBELUM MBAH KRESNO DUDUK, TERDENGAR LAGI KETUKAN PINTU DARI ARAH DEPAN.


Nyai Kemuning : “ Lihat lagi Mbok, dan persilahkan masuk pula, pasti tamu itu Den Bagas, Aku yakin itu”.

Mbok Sikem : “ Ini dia Nyai, pasti Nyai langsung kagum kepadanya, Nah Den Bagus silahkan masuk, Nyai sudah lama menunggu, katakana kata-kata yang membuatnya gembira”.

Den Bagus : “ Apa itu Mbok?”.

Mbok Sikem : “ Pokoknya puji-pujilah Nyai Kemuning, Dia pasti senang”.

Nyai Kemuning : “ Mbok persilakan masuk kemari tamu itu!”


MBOK SIKEM KEMBALI KE ATAS DENGAN SUASANA PARAS, MENUNJUKKAN PERASAAN YANG GEMBIRA. DIDEKATNYA, NYAI KEMUNING TERSENYUM LAMA MENATAP DEN BAGAS


Den Bagas : “ Nyai, ku ucapakan salam pedamu. Tak ku kira, Nyai begitu menawan parasnya. “( SAMBIL MENGATUPKAN TANGAN KANAN DI DADA )

Nyai Kemuning : “ Silahkan langsung duduk saja Den, santai sajalah “

Den Bagas : “ Mungkin, kedatangan saya kemari terlalu lancing, tapi saya ingin berkata bahwa usia bukanlah alas an yang tepat terhambatnya jalinan kasih. “

Nyai Kemuning : “ Yang terpenting, saya mencari orang yang dapat mengayomi saya”

Den Bagas : “Saya tahu itu dan pemuda sekarang sudah berjiwa pengayom. Oh ya, bagaimana bias Nyai memiliki kulit tubuh seperti ini ? maaf kalo saya salah Tanya, tapi menurut pengukuran berbagai kalangan, kulit Nyai adalah yang terindah dan seperti bidadari atau batu pualam.

Nyai Kemuning : “ Hem… menarik sekali, padahal aku hanya menggunakan lulur untuk kulitku ini jarang – jarang. Aku juga tak mengira juga bias sedemikian hingga.

Den Bagas : “ Ah, begitu rupanya, tapi saya fikir Nyai lebih tampak seperti gadis belasan tahun.

TERDENGAR SUARA KENTONGAN

Den Bagas : ( BERDIRI DAN BERJALAN SANTAI ) “ Saya bahkan melihat perempuan sebayaku saja, tidak bagiku berkesan, baru kali ini Nyai, baru kali ini saya merasakan sesuatu yang berbeda dan itu setelah melihat Nyai” ( KEMBALI DUDUK )

Nyai Kemuning : “ Oh begitukah “

Den Bagas : “ Tentu saja, Nyai tidak percaya

Nyai Kemuning : “ Tak bias dibuktikan “

Den Bagas : “ Terserahlah ( DIAM SEJENAK ) Alah aku hamper lupa, aku harus menjemput Ibu dari kota. Dan ini perlu Persiapan. Jadi aku sangat mengucapkan banyak terima kasih apakah Nyai senang dengan kehadiranku dan Nyai dapat menerima diriku. Aku mohon diri Nyai kemuning.

Nyai Kemuning : “ Oh terlalu cepat Den, Kau terlalu terburu-buru, tapi sudahlah jemput ibumu sana! Dua hari dari sekarang Den Bagus akan tahu siapa yang kupilih. Mbok Sikem, tolong antarkan!”


DEN BAGAS BERJALAN KELUAR DENGAN LANGKAH MANTAP, DIIRINGI MBOK SIKEM YANG BERJALAN TERGESA MENGIKUTI LANGKAH DEN BAGAS. SUARA GAMELAN TAMBAH TEMBANG BERSINERGI DENGAN LAKUAN INI. LAMPU RUANG TAMU DIMANA TERDAPAT NYAI KEMUNING, DIMATIKAN SEBENTAR, SEDANGKAN LAMPU KEMARAM ANTARA PINTU DAN KELAMPBU TETAP MENYALA.


Mbok Sikem : “ Den, Den Bagas sebentar” (SAMBIL SETENGAH BERBISIK).

Den Bagas : “ Ada apa lagi Mbok?”.

Mbok Sikem : “ Apakah hati Den Bgas begitu murni untuk memilih Nyai?, Apakah Den Bagas sudah yakin?” (MEMEGANG BAHU KANAN DEN BAGAS).

Den Bagas : “ Memang kenpa, Saya telah mencari orang seperti Nyai cukup lama, Nyai itu keibuan dan masih awet muda, Apanya yang salah?”.

Mbok Sikem : “ Tidakkah Aden menentang nurani? Nyai itu lebih pantas menjadi ibu Den Bagas!” (MEMEGANG BAHU DEN BAGAS LEBIH ERAT).

Den Bagas : “ Itu tidak masalah, Mbok.... yang terpenting aku dapat memperistri wanita yang lebih tua dariku, itu sudah menjadi keputusanku”.

Mbok Sikem : “ Ya sudah Den, kembalilah ke rumahmu, Pulanglah!” (MELEPASKAN PEGANGAN).

Den Bagas : “ Dan mengapa Mbok, ada perkara lain?”


SUARA TABUH SATU KALI.


Mbok Sikem : “Tidak”.


DEN BAGAS KELUAR DAN MBOK SIKEM MENUTUP PINTU PERLAHAN-LAHAN, GONG DITABUH BERULANG KALI HINGGA TERDUDUK PILU.


Mbok sikem : “ Mengapa Aku ini, tidak ikhlaskah aku, dia itu lebih cocok sebagai cucuku, Mengapa aku merasa berat! Haruskah Nyai Kemuning menikahinya? Dan aku… aku sakit, aku juga manusia, tapi tidak, tidak Nyai Kemuning haruslah memilih Mbah Kresno, Harus!! Nyai Kemuning lebih pantas dengan dia”. (MEMUKUL-MUKUL LANTAI)


SUARA GONG BERHENTI DAN LAMPU MENYALA DARI RUANG TAMU. TERLIHAT NYAI KEMUNING SEPERTI ORANG TERTIDUR, KEPALANYA BERSANDAR KEPADA TANGAN KANAN YANG TAMPAK LESU. MBOK SIKEM BERDIRI, MERAPIKAN DIRI SAMBIL MENGUSAP AIR MATA DAN KEMBALI DUDUK DI DEKAT NYAI KEMUNING.


Mbok Sikem : “ Bagaimana Nyai, Nyai sudah menentukan pilihan ?( DENGAN PANDANGAN KOSONG ) “

Nyai Kemuning : “ Saya malah bingung sendiri, dua – duanya memiliki keistimewaan “

Mbok Sikem : “ Yang lebih cocok dengan jiwa Nyai “

Nyai Kemuning : “ Yang lebih cocok jiwaku ? yang lebih cocok jiwaku, aku masih ragu “

Mbok Sikem : “ Yang terpenting Nyai memilih orang yang lebih pantas untuk Nyai ? “

Nyai Kemuning : “ Maksud Mbok, bagas terlalu muda, begitu ? “

Mbok Sikem : “ Mbah Kresna lebih tidak terpaut jauh dengan Nyai, dan Dia juga lebih tua, sehingga Nyai benar – benar mendapatkan pengayom yang Nyai inginkan. Tapi entahlah, itu hanya saran saya saja. “

Nyai Kemuning : “ Tapi sepertinya, Den Bagas lebih pemberani”

Mbok Sikem : “ Memang Nyai memilih prajurit ? bukan suami? “

Nyai Kemuning : “ Apa maksud Mbok ini ?”

Mbok Sikem : “ Ingat Nyai, Mbah Kresna itu mantan perwira, dan saya yakin semua yang Nyai inginkan ada pada dirinya”

Nyai Kemuning : “ Mbah Kresna, Mbah Kresna, Den Bagas, ( SAMBIL MENEKAN – NEKAN SANGGULNYA ). Baik Mbok ? “

Mbok Sikem : “ Ya Nyai, bagaimana? “

SUARA TEMBANG MULAI TERDENGAR LIRIH, KEDUA TOKOH BERTATAP – TATAPAN

Nyai Kemuning : “ aku memilih Kresna, sebagai suamiku “


MBOK SIKEM TERSENYUM PUAS, DIIRINGI SENYUM SUDUT DARI NYAI KEMUNING. MBOK SIKEM MEMEGANG BAHU NYAI KEMUNING DAN PENERANGAN PERLAHAN - LAHAN PADAM. SUARA TEMBANG MULAI DIIRINGI TABUHAN GAMELAN.























ADEGAN III


PERTAMA KALI SUARA DENTING GELAS MEMECAH SUASANA YANG SEMULA SUNYI. PENERANGAN DINYALAKAN DAN NYAI KEMUNING MUNCUL DENGAN TERBURU-BURU, SEDANGKAN MBOK SIKEM DATANG DAN LANGSUNG DUDUK DITEMPATNYA.


Mbok Sikem : “Sudah Nyai, tenanglah duduklah disini”. (TANGAN KANANYA MENEPUK-NEPUK KURSI PENJALIN)

Nyai Kemuning : “ Aku harus tampil berbeda Mbok, nanti Mas Kresno supaya senang”.

Mbok Sikem : “ Saya kira, Nyai Kemuning sudah amat mempesona, sudahlah duduk saja sini”.

Nyai Kemuning : “ Aku tak tahu Mbok, Apakah Dia nanti akan mampu membahagiakan aku, dan Aku begitu pula”.

Mbok Sikem : “ Yang penting kalau sudah menjadi pasangan dapat saling menghargai”.

Nyai Kemuning : “ Entahlah Mbok,semoga demikian yang terjadi”. (SAMBIL PERLAHAN-LAHAN DUDUK DIKURSI PENJALIN)

Mbok Sikem : “ Saya sepertinya mendengar suara seseorang dari depan Nyai, tunggu sebentar”.


MBOK SIKEM DENGAN CEPAT BERJALAN MENUJU KE PINTU DAN MEMBUKA GAGANG PINTU DENGAN PERLAHAN. TERLIHAT SEORANG PRIA TUA DENGAN DANDANAN YANG NECIS BERDIRI DIDEPAN PINTU. SAAT MEMBUKA PINTU GONG DITABUH SATU KALI.

Mbok Sikem : “ Mbah Kresno rupanya, Ayo masuk! Saya kira siapa, masuk saja Nyai sudah menunggu”.

Mbah Kresno : “ Iya to, maaf saya tadi tidak berani masuk. Saya rasanya masih ragu-ragu saat kemarin Mbok Sikem bilang bahwa Saya dipilih oleh Nyai, ini anugrah”.

Mbok Sikem : “ Sudah saya bilang kan kemarin. Apalagi yang Mbah ragukan? Cepat, nanti Nyai marah sama saya”.


DIDALAM RUANG TAMU NYAI KEMUNING GELISAH DAN MERAPIKAN DANDANAN SAMBIL BERKACA.


Nyai Kemuning : “ Siapa itu Mbok,?”

Mbok Sikem : “ Mbah Kresno Nyai”

Nyai Kemuning : “ Persilahkan saja masuk” ( SEMBARI MEMBEKAP DADA).

Mbok Sikem : “ Ya” ( DENGAN SUARA YANG MELENGKING) “ Ayo Mbah Kresno,Mari”.

Mbah Kresno : “ Baiklah, mari”


MBOK SIKEM DAN MBAH KRESNO MEMASUKU RUANG TAMU. SUARA DENTING GELAS KEMBALI DIBUNYIKAN, NAMU DENGAN TEMPO YANG LEBIH PERLAHAN. DIHARAPKAN PENONTON DAPAT MERASAKAN PERASAAN YANG SYAHDU DAN HENING. MBOK SIKEM PERMISI KEDALAM (BALIK LAYAR). SUASANA DIPERKUAT DENGAN TEMBANG YANG BERIRAMA PELAN.


Nyai Kemuning : “ Silahkan duduk Mbah Kresno”

Mbah Kresno : “ Ya Nyai, terimakasih”


TEMBANG DAN DENTING GELAS BERHENTI DAN SEMUA TERDIAM SESAAT HANYA PANDANGAN DARI KEDUA TOKOH YANG COBA DISATUKAN.


Mbah Kresno : (MENGAWALI PEMBICARAAN DENGAN SUARA BERGETAR) “ Tak salah Nyai memilihku, padahal kan, padahal…”

Nyai Kemuning : “ Padahal Mbah Kresno yang pantas untukku, Benar kan?”

Mbah Kresno : “ apa alas an Nyai memilihku?”

Nyai Kemuning : ( MENUNDUK) “ Mbah Kresno telah terpilih itu denagn berbagai alasan, sudahlah yang terpenting kita membahas hubungan ini dulu”


MBAH KRESNO MENDEKAT DIDEKAT NYAI KEMUNING, PERSIS DIPOSISI MBOK SIKEM. MBAH KRESNO KEMUDIAN MEMEGANG TANGAN NYAI KEMUNING.


Mbah Kresno : “ Aku rasa seluruh pria desa akan iri dengan ku. Bukannya Nyai Kemuning ini lebih cantik dari putri keratin manapun?”

Nyai Kemuning : “ Ah masak Mbah…”

Mbah Kresno : “Oya mengapa, antara ruang tamu rumah Nyai dengan pintu itu dibatasi kelambu”

Nyai Kemuning : “ Oh itu supaya orang-orang tidak melihat diriku sedang apalagi pula kecantikanku ini mahal dan tak setiap orang kuizinkan melihatnya, hahaha…..” ( NYAI KEMUNING TERTAWA KECIL DAN MBAH KRESNO HANYA TERSENYUM)

Mbah Kresno : “ Dan akulah yang paling beruntung menatap kentikanmu Nyai”

Nyai Kemuning : “ Hem.. Mbah Kresno…..”


RUANG TAMU LAMPU MULAI TEMARAM. DAN DARI KELAMBU BERKELIBATAN BAYANG-BAYANG HITAM. KEDUA TOKOH TIDAK MENYADARI HAL INI HINGGA MENGHAMBURKAN TOKOH-TOKOH YANG SEMULA SEPERTI BAYANGAN DIHADAPAN NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO. GONG DIBUNYIKAN TERUS DAN BERIRAMA, NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO TERKAGET TAKUT, MBAH KRESNO BERDIRI DAN MENGAMBIL KERIS DARI PINGGANGNYA. SALAH SATU MALING MERAMPAS KERIS DAN MELEMPARKANNYA. DAN SALAH SATU YANG LAIN BERBICARA. MEREKA BERPAKAIAN SEPERTI MALING DENGAN SEGALA PENUTUP BERWARNA HITAM.

Maling 1 : “ Kemuning tahukah kau siapa yang kau pilih sebagai suamimu ini?” (MALING 1 BERTANYA DENGAN NADA GERAM DAN PANDANGANNYA TAJAM)

Nyai Kemuning : “ Apa maksudmu penjahat, Kau mau hrtaku atau apa?” (BERBICARA TETAP DENGAN DUDUK DAN KAKU)


MBAH KRESNO MENCOBA MELINDUNGI NYAI KEMUNING DENGAN BERDIRI DIDEPANNYA.


Maling 1 : “ Kemuning, Kresno yang kranjingan ini adalah kriminal para gadis, tahukah kau? Dia ini telah menikahi lima wanita tanpa izin, dan tahukah anak perempuannya yang buat dinikahkannya dengan mandor penyakitan yang suka menipu. Manusia atau kluwak,Dia? Hem... dan kau, Kau memilih dia dengan melukai hati seorang wanita”


NYAI KEMUNING SUDAH MENGIRA, MULUTNYA TERNGANGA DAN TANGANNYA MEMBEKAP DADA. MBAH KRESNO SALAH TINGKAH DAN MEMBERIKAN ISYARAT PADA NYAI KEMUNING BAHWA ITU TIDAK BENAR.


Maling 1 : “ Kau tidak berpersaan Nyai kemuning!”

Nyai Kemuning : “ Benar itu Mbah? Kau........ kau.......? bagaimana bisa...”

Mbah Kresno : (BERSIMPUH) “ Tidak Nyai, Hai kau! Pembohong!”

Nyai Kemuning : “ Kau tak mengasihani aku, Kau....... Kenapa Mbah?”

Mbah Kresno : “ Sebentar Nyai, Aku hanya......”

Nyai Kemuning : “ Hanya apa, Ha? Kau pembohong! Itu sudah jelas! Kau itu perwira tinggi tapi takut menghadapi maling dan menangis dihadapan perempuan, Pengecurt kau Kresno!”

Maling 1 : “ Dan tahukah, Kresno itu hanyalah pengusaha yang sukses dari judi ayam. Dan dia bukan prajurit apalagi perwira tinggi”


MBOK SIKEM MENGINTIP DAN KEMBALI KEDALAM.


Mbah Kresno : “ Aku tidak bilang bahwa Aku perwira tinggi kan?”

Nyai Kemuning : “ Tapi seluruh kampung mengenal kau begitu! Penjahat! Aku muak denganmu Kresno!”

Mbah Kresno : “ Tunggu dulu” (SAMBIL MULAI BERDIRI) “ Kau hanya Kemuning memang siapa, Kau memarahiku dan menuduhku sedemikian!”

Nyai Kemuning : “Hai kau! Jangan macam-macam! Anak buahku banyak dan kau akan disembelih seperti kambing!

Mbah Kresno : “Heh..... wanita nakal! Aku ini kau bilang lebih hina dari binatang?”

Nyai Kemuning : ( BERDIRI ) “ Memang itukan sifatmu! Mengapa Kau tidak berfikir dulu, jangan-jangan kau tak memiliki pikiran”

NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO TERUS TERLIBAT DALAM PERTENGKARAN HEBAT DAN KEDUA MALING BERTOLAK PINGGANG DAN TERLIHAT AMAT SENANG. NYAI KEMUNING BERPERANG MULUT TANPA MENYADARI ADA ORANG ASING DISITU. MEREKA TELAH KALAP DAN TERLAMPAU EMOSI.


Nyai kemuning : “ Aku tak kan pernah...... uhuk-uhuk” (NYAI KEMUNING TERBATUK-BATUK)

Mbah Kresno : “ Apa kau, apalagi? Yakan kualat kamu kemuning!”

Maling 1 : “ Kau sepertinya haus kemuning, sampai terbatuk-batuk minum saja ini dan ini untuk kau kresno” (DENGAN NADA LEBIH LEMBUT MEMBERIKAN DUA BOTOL MINUMAN PADA NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO)

Mbah Kresno : “ Eh apa ini? Kau mau meracuniku?”

Maling 1 : “ Tak mungkin, Kami bahkan senang melihat kalian hidup dan bertengkar, minum dan lanjutkanlah cekcok kalian barangkali dapat diselesaikan perkara ini”


TANPA BERPIKIR PANJANG MBAH KRESNO DAN NYAI KEMUNING MEMINUM MINUMAN DARI MALING TANPA BERPIKIR PANJANG TENTANG KEMUNGKINAN YANG TERJADI.


Nyai Kemuning : “ Ingat kresno, kau pembohong terbesar yang pernah kutemui!”

Mbah Kresno : “ Oh dan Kau perempuan paling gila harta didunia ini!”

Nyai Kemuning : “ Dan kau itu...”


NYAI KEMUNING MEMEGANG KEPALA SEPERTI ORANG YANG SAKIT KEPALA BEGITU PULA MBAH KRESNO. MEREKA KEMUDIAN RUBUH DILANTAI


Maling 1 : (MEMBUKA PENUTUP) “Baru tahu kan siapa aku ini?”

Kresno : (TERSENTAK)
”Ha ... ?? !! Sri Jayanti ?”

Maling 1 : “Ayo, kita pergi dari sini biar mereka merasakan sakitnay sekarat”


KEDUA MALING KELUARE DENGAN CEPAT. NYAI KEMUNING DAN MBAH KRESNO MENGHEMBUSKAN NAPAS TERAKHIR DAN TERBUJUR SEPERTI ORANG TIDUR. GONG TIDAK LAGI DIBUNYIKAN. KEMUDIAN MBOK SIKEM DATANG.

Mbok Sikem : “Oh... Guh Gusti... ada apa ini, Nyai, aduh... bagaimana ini ??? Nyai.... apa yang terjadi?”


MBOK SIKEM TERTUNDUK NAMUN KEMUDIAN TERSENYUM.


Mbok Sikem : “Akhirnya setelah menunggu beberapa lama..... aku bisa hidup senang, Nyai.” (MEMEGANG BAHU NYAI KEMUNING)
”Tahukah Kau ? Aku sudah kaya... Ha.. Ha... Ha...” (TERTAWA TERBAHAK-BAHAK) “Aku dapat memamerkan hartaku ke setiap warga kampung” (MELONJAK-LONJAK)


PINTU DIKETUK-KETUK CEPAT, MBOK SIKEM MENGHAMPIRI DENGAN PERLAHAN-LAHAN.


Mbok Sikem : “Siapa itu ?”

Den Bagas : “Saya Mbok, Bagas.”


MBOK SIKEM GEMBIRA DAN MULAI MEMBUKA PINTU.


Mbok Sikem : “Den Bagas, Akhirnya........”

Den Bagas : “Ada apa Mbok ? sebentar bagaimana bisa Nyai Kemuning memilih Mbah Kresno. Ini tidak mungkin. Dan aku ingin menyatakan sesuatu pada Mbok.”

Mbok Sikem : “Lihatlah mereka, cinta mereka itu sehidup semati.”


DEN BAGAS BERLARI CEPAT KE MAYAT-MAYAT ITU. DIA TERCENGANG, MBOK SIKEM MENGIKUTI DARI BELAKANG.


Den Bagas : “Apa ini Mbok ? Siapa yang melakukannya ?”

Mbok Sikem : “Sri Jayanti, Den.”


DEN BAGAS TERTUNDUK.


Mbok Sikem : “Sudahlah... Den. Harta Nyai ini menjadi milikku.”


TEMBANG LEMBUT DINYANYIKAN


Den Bagas : “Mbok, Apa......”

Mbok Sikem : “Ya, dan apa yang akan Aden katakan padaku ?”

Den Bagas : (MENDEKAT DAN EMEMGANG TANGAN MBOK SIKEM)
”Perasaanku berkata Mbok lebih keibuan dan mbok lebih cantik dari pada Nyai Kemuning. Tahukah, Mbok itu seperti ibu yang sangat sabar.”

Mbok Sikem : “Apa Den, jadi Den Bagas juga.......”

Den Bagas : “Dan Mbok juga ......”

Mbok Sikem : “Ya Den, Mbok cinta Den Bagas”(KEPALA BERSANDAR DI DADA DEN BAGAS)


DENTING GELAS BERPADU, SUARA TEMBANG MENUTUP PERTUNJUKAN. LAMPU PERLAHAN DIMATIKAN



kelambu





  1. Bagus Adiib A.

  2. Dyah Uswatun K.

  3. Fifi Danning S.

  4. Helmi Diah K.

  5. Intan K.



KELAMBU





TOKOH PELAKU


NYAI KEMUNING

MBOK SIKEM

MBAH KRESNO

DEN BAGAS

MALING 1 ( SRI JAYATI )

MALING 2
















SINOPSIS




Alkisah seorang janda yang kaya bernama Nyai Kemuning. Kegemarannya memakaikan lulur di sekujur tubuhnya sampai kulitnya berwarna kuning langsat, sebab itulah panggilannya Nyai Kemuning. Sepeninggal suaminya yang notabene adalah seorang keturunan ningrat Belanda, maka ia menjadi seorang janda dengan harta yang meruah. Hanya ditemani seorang pembantu bernama Mbok Sikem di rumahnya, membuat Nyai Kemuning kesepian dan menginginkan seorang pendamping. Maka disebarkanlah sayembara dengan berbagai syarat yang sangat tinggi, untuk mendapatkan Nyai Kemuning. Dari sekian lelaki yang berhasrat padanya, akhirnya terseleksi dua lelaki bernama Mbah Kresno dan Den Bagas. Kebimbangan sempat terjadi pada Nyai Kemuning dengan kedua calon itu. Mbok Sikem muncul sebagai sosok yang menjadi penasehat pribadi bagi Nyai Kemuning, meski dengan bumbu sedikit keculasan. Pendek cerita akhirnya Nyai Kemuning memilih Mbah Kresno oleh bujukan Mbok Sikem yang ternyata menaruh hati pada Den Bagas. Berharap tak akan kesepian lagi dalam hidupnya akhirnya Nyai Kemuning menikah dengan Mbah Kresno. Namun ternyata harapan itu berbalik pada malam pertama pernikahan mereka. Dua maling aneh masuk ke kamar mereka. Dalam kamar konflik yang terjadi justru makin aneh. Akhir konflik Nyai kemuning dan Mbah Kresno meninggal. Dan ternyata kedua pencuri itu adalah Sriayanti, istri Mbah Kresno. Mbok Sikem menemukannya dengan keadaan terkaget. Kebingungan. Tapi setan mengendap dalam hatinya dan memberi kata lain untuk kejadian itu. Di saat bersamaan Den Bagas protes karena merasa terdiskriminasi oleh Mbah Kresno. Tak kalah kaget ketika melihat mayat Nyai Kemuning dan Mbah Kresno, Den Bagas justru melihat peluang lain setelah mendapat penjelasan yang culas dari Mbok Sikem. Benih cinta Mbok Sikem berbalas di akhir cerita.

Rabu, 25 Maret 2009

Sang Pemimpi


Judul Tetralogi Laskar Pelangi #2: Sang Pemimpi
No. ISBN 979-3062-92-4
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tanggal terbit: Juli - 2006
Jumlah Halaman : 292
Jenis Cover: Soft Cover
Dimensi(L x P): 130x205mm
Kategori: Petualangan
Harga :Rp40.000
Text:Bahasa Indonesia


Buku yang sangat menginspirasi, sesuai dengan judulnya "Sang Pemimpi", yang menceritakan kisah para perajut mimpi dari tanah Belitong. Semenjak membaca buku pertama Tetralogi Laskar Pelangi, saya langsung jatuh cinta dengan jalinan kisah yang edukatif dan penuh pesan moral ini. Serasa kembali ke masa-masa menimba ilmu di kampung halaman Gunungkidul tercinta. Masa-masa merajut impian, menimba ilmu dan menggantung harapan dan cita-cita masa depan.

Tampak komikal pada awalnya, selayaknya kenakalan remaja biasa, tapi kemudian tanpa Anda sadari, kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai Anda. Karena potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan Anda pada rasa humor yang halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi. Karena arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah dua orang tokoh utama buku ini: Arai dan Ikal akan menuntun Anda dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar Anda dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar Anda menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan Anda sendiri.


Ada satu kutipan kalimat Arai kepada Ikal yang sangat kuingat, "..mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi di sini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!"

Kutipan ini sungguh dahsyat, mampu menisbikan segala kekurangan, kelemahan, dan keraguan yang secara naluriah menghinggapi anak manusia yang meretas cita-cita. Sangat inspiratif terutama bagi kalangan generasi muda, pelajar dan mahasiswa yang tengah di persimpangan jalan menggapai harapan dan masa depan. Dengan segala kekurangannya, Ikal dan Arai mampu menjaga keteguhan dan senantiasa pantang menyerah dalam perjalanannya. Perjalanan menuju sumur ilmu impian di Universitas de Paris Sorbonne.

Jalinan kisah yang dibangun secara apik oleh sang penulis serasa membius kita untuk mengenal tanah Belitong, kehidupan anak melayu pulau yang memaknai kesengsaraan dalam kehidupan dengan keteguhan bekerja dan merajut impian. Tak lupa sang penulis juga memberikan bumbu-bumbu asmara yang cukup menghibur dan terkadang menggelikan serta dibalut aura keteguhan dalam sosok Arai yang pantang menyerah. Sementara kegelian lain dihadirkan pula dalam sosok Jimbron yang lemah, lugu, unik namun setia kawan.

Tokoh sentral dalam cerita ini, si Ikal, menyajikan karakter yang manusiawi, yang berusaha untuk survive dan bangkit di tengah keterpurukannya, yang belajar dari segala sesuatu di sekelilingnya, dan yang tak segan memberikan pencerahan kepada sahabat-sahabatnya. Sungguh banyak pelajaran positif yang bisa kita ambil dari buku ini. Apabila saya masih berusia belasan tahun dan sedang di bangku sekolah, niscaya buku ini akan memberikan kekuatan ekstra yang membangkitkan potensi terdalam guna meraih kesuksesan.

Salut kepada sang penulis yang telah menghadirkan buku-buku yang penuh jalinan kisah bermanfaat, inspiratif dan membangkitkan ini. Terutama buku Sang Pemimpi yang mungkin telah menjadi ladang inspirasi bagi ribuan pelajar dalam meretas harapan dan cita-citanya. Saya sangat menyarankan bagi siapapun yang sedang haus akan inspirasi untuk sukses, motivasi untuk maju serta kekuatan untuk bangkit, agar membaca buku dengan lembaran yang tipis namun tebal akan inspirasi ini, Sang Pemimpi.(dyah)

Butterfly

Butterfly Images


Butterfly berkisah tentang tiga orang sahabat, Vano (Andhika Pratama), Tia (Poppy Sovia), dan Desi (Debby Kristi). Karena dari awal sudah cukup dekat dengan Tia, lama-kelamaan timbul sikap protektif dari diri Desi terhadap Tia. Tia sendiri jatuh cinta pada Vano, namun Vano justru menunjukkan ketertarikan pada Desi. Dengan alasan untuk menjaga persahabatan mereka, Desi meminta Tia untuk berjanji agar mereka bertiga tetap menjadi sahabat tanpa adanya unsur-unsur cinta.

Cerita mulai berkembang pada saat Desi menginginkan mereka mengadakan perjalanan keliling Jawa sebagai perayaan ulang tahunnya yang ke-20. Dan di dalam perjalanan tersebut, sedikit demi sedikit mulai terbuka kenyataan yang selama ini tersembunyi.

Saya mungkin jarang menonton film Indonesia bertema seperti ini, tapi dari semua yang pernah saya tonton, “Butterfly” adalah salah satu yang terbaik dari sisi cerita. Meskipun menggunakan alur cerita flashback, kisah dalam “Butterfly” tetap dapat diikuti dengan runut. Tidak seperti kebanyakan film lokal yang penuturan ceritanya sepertinya kelinci berjalan alias melompat-lompat.

Kekurangan dari film ini hanya satu. Rahasia Desi seharusnya sudah dapat dimengerti atau dirasakan oleh Tia sejak dulu, secara mereka bersahabat dekat. Namun kenyataannya tidak. Dan ini lah yang membuat alur cerita tampak sedikit janggal. Padahal untuk sebuah film lokal, “Butterfly” menawarkan ending yang cukup ‘berani’. Sayangnya, gara-gara kejanggalan tersebut, surprise yang seharusnya diberikan oleh ending tersebut menjadi sedikit berkurang efek kejutnya.

Satu hal lagi. Akting para pemain, kecuali Andhika Pratama, cukup baik dan total. Untuk Andhika sendiri entah kenapa terasa sedikit kurang alami (dyah)

Death Note

Manga ini bercerita mengenai Death Note
(buku kematian) yang sengaja dijatuhkan oleh Ryukk, seorang Shinigami
(malaikat kematian, reaper) ke dunia manusia, di mana bila nama seseorang
ditulis dalam buku tersebut, maka orang itu akan segera meninggal. Buku ini
kemudian ditemukan oleh Yagami Raito (Light Yagami), seorang
siswa jenius anak seorang inspector kepolisian jepang. Awalnya Raito tidak
percaya dengan kekuatan Death Note tersebut, namun setelah ia coba dan
berhasil, ia mulai percaya. Ditambah lagi dengan kemunculan Ryukk yang akan
selalu mengikuti orang yang menemukan Death Note-nya. Dengan
kejeniusannya, Raito kemudian berencana menggunakan buku tersebut untuk
menciptakan dunia baru yang bersih dari kejahatan (utopia) dengan dirinya
sebagai dewa.
Raito kemudian mendapatkan data para kriminal dari televisi dan dari
database kepolisian pusat. Ke semua kriminal tersebut dibunuhnya dengan
menggunakan Death Note. Kematian para kriminal yang tidak wajar dan
dalam waktu yang hampir bersamaan ini membuat masyarakat dan pihak kepolisian
merasa kejadian ini bukanlah terjadi secara kebetulan. Meskipun terdengar tidak
masuk akal, pihak kepolisian mulai merasa ada seseorang di balik semua kejadian
yang menimpa para kriminal tersebut. Raito yang menggunakan kekuatan Death
Note kini disebut sebagai Kira (Killer dalam dialek jepang) dan
dianggap sebagai dewa oleh orang-orang yang pro dengan tindakan Raito tersebut.
Polisi kemudian meminta bantuan kepada seorang detektif bertaraf
International yang wajahnya tak pernah kelihatan sebelumnya. Detektif tersebut
menyebut dirinya dengan sebutan L. Dengan menjebak Raito, L mulai
menyadari kalau Kira (Raito) dapat membunuh seseorang dalam jarak jauh meskipun
tanpa menyentuhnya sedikit pun.
Menyadari kalau ia telah dijebak, Raito mulai menyatakan perang pada L.
Dimulailah perang analisis dan psichology antara dua orang jenius, L dan Raito.
Sekumpulan Tragedi dalam Tubuh Reggie




Judul: DETIK
TERAKHIR
Sutradara: Nanang Istiabudi
Skenario: Alberthiene Endah dan Twen Traval
Pemain: Cornelia Agatha, Sausan
Produksi: Indika Productions


Film ini dimulai dengan sebuah tragedi. Berakhir pada sebuah pembebasan.

Tragedi itu sebuah lubang tak berdasar bernama narkoba (narkotik dan obat-obatan berbahaya). Regi (Cornelia Agatha) dan Vella (Sausan) adalah sepasang kekasih yang terjun bebas ke dalam lubang itu, tanpa menyadari dalam dan hitamnya dunia itu.

Film yang diangkat dari kisah nyata yang ditulis oleh Alberthiene Endah ini (dengan judul asli Jangan Beri Aku Narkoba) dimulai dari akhir cerita. Regi telah menyentuh dasar lubang yang hitam itu. Dia ditemukan ayahnya tergeletak babak-belur dihajar centeng. Adegan berikutnya, dia sudah terdampar di sebuah panti rehabilitasi narkoba. Seorang wartawan datang, dan bergulirlah kisah ini kepada pemirsa:

Kisah yang hampir sama dengan cerita semua penderita narkoba di tahun 1960-an yang klasik: orang tua bertengkar melulu, ibu digampar, ayah selingkuh, anak kemudian bergaul dengan kelompok anak-anak dari keluarga broken home yang kemudian saling bertukar kisah tingkah laku orang tua masing-masing. Ringkasnya, Regi mulai berkenalan dengan happy powder alias kokain dan hingga akhirnya dia masuk dalam kategori junkie, seseorang yang darahnya sudah bergantung pada narkoba.

Tetapi bukan karena soal narkoba atau adegan sakaw yang membuat bioskop penuh sesak oleh penonton remaja yang bersuit-suit. Regi menemukan cintanya pada Vella, sesama wanita, sesama junkie. Maka, adegan ciuman, percintaan (yang toh dibabat oleh Lembaga Sensor Film), dan dialog cinta antara kedua perempuan ini dinikmati dengan reaksi yang ajaib oleh penonton kita: geli, aneh, dan penuh rasa ingin tahu (omong-omong, ada baiknya bioskop kita memberlakukan peraturan soal batas usia penonton yang keras dan disiplin, sehingga film dewasa seperti ini tidak ditonton remaja yang di bawah umur-Red).

Cornelia Agatha dan Sausan tampil bersinar. Tak mudah untuk muncul sebagai penderita narkotik yang sedang sakaw--terutama sinetron televisi kita tak bisa membedakan orang yang mabuk karena alkohol dengan orang yang sedang fly karena kokain--dan tak mudah pula tampil sebagai lesbian atau gay tanpa sebuah keterlibatan emosi dan riset yang panjang (dan jangan lupa: bakat). Cornelia dan Sausan berhasil meyakinkan penonton: pasangan itu memang saling mencintai, dan hubungan itu bukan sebuah eksperimen. Mereka menunjukkannya dengan adegan-adegan yang pas (saat Vella dan Regi baru berkenalan, dengan saling bertukar gelas bir dan senyum jatuh hati).

Nanang Istiabudi adalah seorang sutradara yang mempunyai bakat, yang memiliki kecenderungan bereksperimen pada emosi penonton. Penanganan terhadap novel yang penuh dengan tragedi di setiap napas ini--kekerasan rumah tangga, lesbianisme, narkoba--memang membuat kita sesak napas dan mempertanyakan fokus film ini, kisah film ini. Apakah ini film tentang derita Regi, atau film tentang hubungan cinta lesbianisme? Atau tentang bahaya narkoba? Atau tentang kegilaan yang bisa terjadi dalam rehab yang digambarkan dalam film ini lebih mirip rumah sakit jiwa?

Lalu, setelah penampilan Cornelia dan Sausan yang begitu kuat, kenapa adegan tembak-tembakan antara polisi dan bandar (atau apakah itu antara bandar dan bandar, ndak jelas je!) kembali pada penyakit film laga Indonesia: tidak seru, tidak tegang, malah menggelikan (dar-der-dor dengan senapan yang tak meyakinkan bunyinya). Kenapa pula adegan kejam pemerkosaan terhadap Vella harus dicampur dengan komentar komikal itu? Apakah reaksi yang wajar saat menonton adegan itu? Tercekam atau malah tertawa (seperti yang terjadi pada saat saya menonton di bioskop di mana penonton malah terbahak-bahak dan bertepuk tangan saat Vella diperkosa)? Dan, omong-omong, Cornelia yang tampil bagus itu juga agak terlalu fit dan sehat untuk seseorang yang sudah menjadi junkie.

Persoalan tragis ini kemudian jadi penuh tanda tanya, karena begitu banyak eksperimen dan keinginan untuk nyeleneh. Bagaimanapun, Nanang Istiabudi perlu diperhatikan, bukan karena sensasi film ini, melainkan karena bakatnya. Jika film ini kemudian penuh sesak oleh penonton karena sensasi, maka langkah berikut Nanang adalah menggerus bakatnya. Dia mampu menampilkan sesuatu, tanpa sensasi.

Perempuan berkalung sorban


Ingatkah anda paDa sosok" Ibu Kartini"
mGkn dG adanya Film mRpkn kartini Era skrG.
Perempuan, makhluk istimewa dengan segala keindahannya, makhluk yang sering dianggap lemah namun menyimpan kekuatan besar. Wanita juga boleh dibilang selalu jadi 'makhluk kelas dua' jika dibandingkan dengan lawan jenisnya, laki–laki.

Kebebasannya sering dianggap tabu, keputusannya dianggap perlawanan, padahal sejatinya perempuan dan laki–laki adalah pelengkap antara satu sama lain.

Bukan hal yang baru pula kalau laki–laki malah menjadi penindas bagi perempuan, perempuan jadi warga negara kelas dua. Ditindas hak–haknya dan dilupakan suaranya.

Di sisi lain emansipasi perempuan terus digaungkan. Sayangnya, kesetaraan hak itu bukanlah sesuatu yang bersifat evolusi namun paralel.

Di suatu waktu ada perempuan yang menjadi presiden tapi pada waktu yang sama ada perempuan–perempuan yang ditekan, dipaksa menghentikan pendidikannya, mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau dijual oleh keluarganya sendiri.

Berbicara mengenai kebebasan kaum perempuan, selalu tidak terlepas dari norma–norma adat, tradisi bahkan agama.

Islam merupakan agama mayoritas negara ini sering kali dikaitkan dengan topik kebebasan pihak perempuan, dianggap berat sebelah karena lebih memihak atas kepentingan kaum lelaki.

Ayat–ayatnya menjadi alat untuk membungkam perempuan, sebuah fenomena pro dan kontra yang terus berlanjut hingga saat ini.

Membaca fenomena yang terjadi, Starvision mencoba menghadirkan film terbarunya berjudul PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN, dengan arahan sutradara berbakat Hanung Bramantyo.

Film yang diambil dari karya novel Abidah El. Khalieqy ini adalah film tentang salah satu dunia paralel perempuan. Berkisah tentang Anissa, seorang perempuan dari pesantren yang berjuang untuk mendapatkan hak-nya.

Hak untuk memilih hidup tanpa ada tekanan, termasuk juga tekanan yang mengatasnamakan agama.

Ini kisah tentang perempuan yang percaya kalau agamanya, Islam, yang akan membawa kebebasannya sebagai manusia bukan malah mengurungnya.

Dalam press conference yang berlangsung di Planet Hollywood (12/1), Hanung mengatakan bahwa ia sadar hal ini adalah sesuatu hal yang sensitif sifatnya dan mengundang kontroversi namun ia mengajak para penonton untuk menelaah lebih dalam, jauh dari wacana Islam serta pertentangannya.

Ia juga mengatakan bahwa semua disajikan berimbang, hingga tidak ada unsur menghakimi. Sementara dari sisi sang penulis, ketika ditanyakan seberapa besar penyajian film dengan isi novel yang ia tulis, Abidah mengatakan meski ada beberapa hal yang ingin diartikulasikan dalam film namun hal itu tidak terjadi.

Ia menganggap pihak sutradara begitu apik mengemas film ini menjadi lebih ringan penyajiannya namun tidak melepas inti dari isi cerita.

"Dg adanya Film ini saya mengharapkan perempuan masa kini agar lBh bebas berPendapat, berKreatifitas, berInoVatif, maJu berjuang memberikan Ide2 Baru...

SeHarusnya qt bangga dg apa yang Qt peroleH Dr ALLAH SWT dan yg qt miliki tapi ada kalanya Qt priHatn pada para perempuan yang bekerja di dalam penghinaan meSkipun mereka tdk sama sekali menginginkanYa...

apa Daya Pemberdayaan dinegara Qt pada perempuang kuranG efeKtif.... seHarusnya ada lapangan kRj yg lBh u/ para perempuan...

maka Dari itu maRi Qt maJ.. jgn mau tertinDas,,, perdULILLah semua"

'JANJI JONI' Kisah Seorang Pengantar Roll Film

Cerita dalam film Janji Joni besutan Joko Anwar ini mengisahkan tentang pemuda bernama Joni yang dikejar-kejar waktu untuk dapat menjalankan pekerjaannya sebagai seorang pengantar film dari satu bioskop ke bioskop lain, tepat waktu. Film yang diproduseri Nia Dinata ini memilih bintang yang belum berpengalaman Mariana Renata sebagai pasangan dari pemeran utamanya Nicholas Saputra.

Dikisahkan Joni (Nicholas Saputra) bertugas sebagai pengantar rol film dari satu bioskop ke bioskop lain di Ibu Kota. Joni adalah seorang yang mencintai dan bertanggung jawab atas profesinya. Bahkandia sepat berikrar bahwa rol film akan diantar tepat waktu sehingga penonton tidak perlu melihat tanda di layar bioskop: MOHON MAAF. TUNGGU FILM.

Namun suatu hari, sepertinya seluruh kota seakan bekerjasama untuk membuat Joni terlambat mengantar rol filmnya. Joni harus menghadapi dengan berbagai karakter yang eksentrik, gang-gang Jakarta yang menyerupai labirin, dan berpacu dengan waktu untuk menepati janjinya. Dalam petualangan khas urban itulah Joni bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Angelique (Mariana Renata).

Film ini disebuat unik oleh sutradara sekaligus penulis naskahnya Joko Anwar. Menurut Joko cerita dalam film adalah gambaran pengalaman pribadinya. Penulis skenario film Arisan! ini menuturkan, saat di Bandung, pernah menonton film dan tiba-tiba terputus. Belakangan diketahui, pengantar rol film kecelakaan. (dyah)

Ketika Cinta Bertasbih oleh Habibburahman El Shirazy


Ceritanya Subhanallah banget. Seperti beberapa novel garapan sebelumnya oleh penulis yang sama, Habiburahman El Shirazy berhasil mengaduk-aduk emosi pembaca melalui novel yang terbit dalam dua jilid ini. Meskipun di jilid pertama ini ceritanya agak loncat-loncat, namun tidak mengurangi keruntutan jalan cerita yang dibangun oleh penulis. Karya dwilogi ini masih bercerita dengan latar belakang Mesir. Pemeran utama dimainkan oleh Abdullah Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia yang datang jauh-jauh dari pelosok desa di pulau jawa untuk melanjutkan studinya di Mesir. Azzam, demikian nama panggilan pemuda itu, adalah seorang pekerja keras. Ia memiliki beberapa adik yang harus dibiayainya, hingga dengan kekhlasan hati ia harus berkorban dengan menjadi penjual bakso dan pembuat tempe. Ceritanya penuh dengan romantika yang sarat dengan hikmah. Isinya bagus serta dapat mengajari kita soal hidup, cinta dan bagaimana mengatur skala prioritas dalam mengambil tindakan. Tersebutlah bahwa Azzam adalah mahasiswa Indonesia di Al Azhar, yang belajar disana karena berhasil memperebutkan beasiswa dari Departemen Agama. Ia adalah prototype anak Indonesia yang pintar, cerdas, dan bersahaja, namun lahir dari kalangan keluarga pas-pasan.
Kecerdaan Azzam kian terbukti tatkala di tahun pertama menimba ilmu di Al Azhar ia memperoleh predikat jayyid jidda (istimewa), dan oleh karenanya ia mendapat beasiswa dari Majlis A'la.
Namun ditahun kedua, ayahnya yang tinggal di Indonesia meninggal dunia karena kecelakaan. Sepeninnggal ayahnya, ibunya sering sakit-sakitan. Padahal di Indonesia, ketiga adik perempuannya belum bisa diharapkan membantu ibunya karena baru beranjak dewasa. Yang seharusnya membantu ibu dan adik-adik nya di Indonesia adalah Azzam. Sebab dia adalah sulung di keluarganya. Azzam menyadari itu. Maka sejak saat itulah ia mengalihkan konsentrasinya. Dari belajar ke bekerja. Ia di Cairo, bekerja sambil belajar.
Pekerjaan yang dilakukan Azzam untuk menghidupi keluarganya di Indonesia adalah berbisnis tempe dan bakso. Karena lebih fokus ke bisnis, hasilnya prestasinya semakin lama semakin menurun, beberapa kali tidak naik tingkat, padahal ia sudah sembilan tahun di Mesir tapi belum lulus S1. Meskipun pada akhirnya lulus juga dengan predikat yang tidak mengecewakan, jayyid. Namun disisi lain di belahan Indonesia, keluarganya suskes berkat motivasi dan biaya hidup darinya. Adik-adik nya semua "menjadi orang".